REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tekanan darah tinggi saat ini lazim di Inggris, satu dari empat orang hidup dengan kondisi tersebut. Meskipun tak banyak yang menyadarinya, kondisi ini sering dicap sebagai pembunuh diam-diam karena biasanya tidak terdeteksi hingga dinyatakan serius.
"Studi kami menunjukkan bahwa, ketika kita perlu buang air kecil di malam hari- disebut nokturia- dan hal itu dimungkinkan mengalami peningkatan tekanan darah atau kelebihan cairan di tubuh," kata penulis studi Dr Satoshi Konno, dari Division of Hypertension, Tohoku Rosai Hospital, Sendai, Jepang seperti dilansir Express, Rabu (4/9).
Dr Konno mengatakan, jika diketahui menderita nokturia, maka harus segera meminta dokter untuk memeriksakan tekanan darah dan asupan garam. Penelitian sebelumnya dari Jepang juga telah melaporkan bahwa asupan garam yang tinggi dikaitkan dengan nokturia.
Dibandingkan dengan negara-negara barat, orang-orang di Jepang makan lebih banyak garam dan lebih menjadikannya sensitif terhadap garam. Hal itu berarti, tekanan darah mereka akan meningkat lebih banyak ketika garam dikonsumsi.
Jika digabungkan, kedua faktor ini berarti, orang di Jepang berisiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi. Studi meneliti hubungan antara nokturia dan hipertensi pada populasi umum Jepang.
Pendataan terhadap 3.749 penduduk Watari yang menjalani pemeriksaan kesehatan tahunan pada 2017 juga dilakukan. Risiko hipertensi meningkat secara signifikan karena jumlah kejadian nokturia per malam meningkat.
Menurut Dr Konno, pihaknya telah menemukan fakta, jika bangun di malam hari untuk buang air kecil maka terdapat peluang 40 persen lebih besar mengalami hipertensi.
"Dan semakin banyak kunjungan ke toilet, semakin besar risiko hipertensi," Ujar dia.
Dari 1.882 peserta yang menjawab kuesioner, diketahui sekitar 1.295 orang (69 persen) memiliki nokturia. Dia menambahkan, dalam pelaksanaannya, tekanan darah diukur dan informasi tentang nokturia diperoleh dengan kuesioner.
Menurut Dr Konno, peserta dengan tekanan darah 140/90 mmHg atau jika obat antihipertensi yang diresepkan lebih tinggi maka dianggap hipertensi. Dr Konno menegaskan, hasil tersebut tidak membuktikan hubungan sebab akibat antara nokturia dan hipertensi. Dan mungkin tidak berlaku untuk populasi di luar Jepang.
"Hubungan itu mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk gaya hidup, asupan garam, etnis, dan latar belakang genetik," Kata dia.