Kamis 05 Sep 2019 05:13 WIB

Dokter Anjurkan Lakukan Ini Sebelum Olahraga

Mengecek denyut jantung ternyata sangat penting sebelum olahraga.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Wanita berolahraga.
Foto: EPA
Wanita berolahraga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga Zaini K Saragih meminta masyarakat melakukan beberapa hal sebelum hingga setelah berolahraga. Aktivitas tersebut dibagi menjadi sebelum berolahraga (pre exercise), saat berolahraga (exercising), dan setelah aktivitas fisik (post exercise).

Sebelum berolahraga lakukan pre exercise yaitu mengukur denyut jantung. "Denyut jantungnya harus di bawah 100 per menit (beats per minute/bpm). Kalau denyutnya di atas 100 bpm maka Anda bisa duduk dulu dan tunggu hingga tiga sampai lima menit. Kemudian ukur lagi denyut jantungnya," katanya pada Temu Media memperingati Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2019 di Kemenkes, Jakarta, Rabu (4/9).

Baca Juga

Jika denyutnya masih di atas 100 bpm, ia meminta jangan memaksakan berolahraga. Cek kesehatan jantung ke poliklinik atau rumah sakit.

Denyut jantung yang di atas 100 bpm dan memaksakan berolahraga bisa mengakibatkan jantung mengalami kondisi capai dan kehilangan denyut jantung. Untuk memudahkan mengukur denyut jantung, ia menyebut masyarakat bisa menggunakan aplikasi berbasis android Heart Rate.

Aplikasi ini memudahkan karena bisa segera mengetahui denyut jantung dengan menggunakan cahaya kamera ponsel. Ia menegaskan, hal ini penting dilakukan karena selama ini orang jarang mengecek denyut jantungnya ketika akan olahraga. Akibatnya, tak jarang orang yang sudah memiliki gangguan di jantung meninggal saat berolahraga.

"Mereka hanya melakukan pemanasan tanpa mengecek denyut jantung. Padahal, bisa jadi denyut jantung tinggi karena ia sudah sakit, atau kemungkinan kedua kurang istirahat, dan terakhir banyak minum kopi atau minuman berenergi," ujarnya.

Tak hanya itu, ia juga meminta masyarakat mengukur BMI. Rumusnya berat badan dibagi tinggi badan dibagi lagi dengan tinggi badan. Ia menyontohkan seseorang uang memiliki tinggi badan 170 sentimeter (cm) dan berat 80 kilogram maka 80/1,7/1,7= BMI.

Kalau angka BMI lebih dari 30, maka ia tidak boleh berolahraga yang bergerak lompat-lompat seperti lari. Sebab, ia menjelaskan seseorang yang mendarat setelah lompat harus menahan beban hingga empat kali berat badannya. Jika BMI lebih dari 30 dan dipaksa berolahraga lompat maka ini bisa merusak sendi lututnya dan menjadi rematik.

Kemudian, saat berolahraga ia meminta masyarakat menyediakan air putih sebab cairan harus masuk tubuh setiap 20 menit. "Minum air putih harus dilakukan 20 menit sekali, mau haus atau tidak. Lebih baik air dingin," ujarnya.

Kemudian, dia melanjutkan, setelah berolahraga atau post exercise bisa melakukan pijat hingga mandi air hangat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement