REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Dari berbagai varian teknik penyajian kopi, cappuccino nampaknya jadi salah satu varian yang paling banyak digemari. Racikan yang tediri dari kopi espresso dan susu ini dinilai lebih smooth sehingga lebih cocok untuk dikonsumsi.
Dilansir dari The Local pada Ahad (1/9), disebut bahwa di tiap negara memiliki racikan atau komposisi cappuccino yang berbeda-beda. Di negara asalnya, Italia, cappuccino biasanya disajikan dalam volume yang lebih kecil dibandingkan sajian di tempat lain.
Total, satu sajian cappuccino di Italia hanya sekitar 150 mililiter. Espresso yang digunakan pun hanya sebanyak 25 mililiter. Di negara lain, jumlah sajianya bisa meningkat hingga dua kali lipat. Bahkan, beberapa coffee shop menyajikan cappucino dengan total volume mencapai 360 mililiter.
Selain soal volume, perbedaan pun juga terjadi pada soal waktu penyajian dan hidangan pendamping. Di Italia, cappuccino biasanya dijadikan sajian sarapan yang didampingi dengan pastry seperti croissant.
Orang Italia pun menghindari mengonsumsi cappuccino pada siang atau sore hari. Kandungan susu yang ada dinilai kurang pas untuk dikonsumsi pada siang atau sore hari, apa lagi sesaat setalah makan.
Artinya, di Italia, cappuccino lebih lazim dikonsumsi saat pag hari. Sedangkan pada siang dan sore hari, kopi yang paling tepat adalah espresso. Tapi, orang Italia juga menyadari bahwa budaya kopi di tiap negara tentu berbeda-beda.
Cappuccino sendiri diperkirakan mulai dipekenalkan pada tahun 1800-an di Wina. Awalnya, cappuccino merupakan sebutan untuk minuman yang terbuat dari kopi, krim, kuning telur dan gula.
Di Italia, cappuccino pun punya senutan jamak. Artinya, jika memesan cappuccino lebih dari satu, maka pesanan itu bisa juga diaenut sebagai cappuccini. Tapi, karena minuman ini juga cukup melekat dengan bahasa Inggris, maka sebutan cappuccinos juga dianggap lazim saat memesan dalam bahasa Inggris.