REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cegukan bisa menjadi hal menjengkelkan jika berlangsung terlalu lama. Kebanyakan cegukan tidak berbahaya dan hanya berlangsung beberapa menit atau beberapa jam. Tapi, ada juga kasus cegukan terlama hingga 68 tahun berturut-turut.
Literatur medis menyebut cegukan sebagai singultus, berasal dari bahasa Latin singult yang artinya megap-megap. Cegukan adalah hal lazim bagi siapapun yang bernapas. Bahkan, manusia cegukan sejak masih berada di dalam kandungan.
Ketika cegukan, ada kontraksi diafragma yang tiba-tiba dan tidak disengaja serta otot-otot di antara tulang rusuk. Hal ini menyebabkan asupan udara yang cepat sehingga memicu penutupan glotis dengan suara berisik. Karena itulah cegukan menimbulkan suara tertentu.
Penyebab cegukan paling umum adalah perut kembung. Jika perut terlalu penuh oleh gelembung makanan atau gas, kondisi itu dapat merangsang saraf vagus atau frenikus hingga terjadi cegukan. Refluks asam akibat minuman bersoda juga dapat memicu cegukan.
Selain itu, apapun yang mengganggu saluran pencernaan atau pernapasan dapat menyebabkan terjadinya cegukan. Beberapa contohnya yaitu mengonsumsi makanan pedas, makan terlalu cepat, atau makan dan menghirup udara secara bersamaan.
Cegukan juga bisa terjadi karena minum alkohol, merokok, menguap, atau konsumsi obat-obatan rekreasional. Faktor lain yakni tertawa sangat keras, berbicara penuh semangat, stres, cemas, kurang tidur, defisiensi mineral, ketidakseimbangan elektrolit, dan bercukur.
Scott Gabbard, ahli gastroenterologi di Klinik Cleveland, Ohio, Amerika Serikat, menyarankan sejumlah penanganan cegukan. Menurut dia, penanganan terbaik adalah mengetahui dan melakukan identifikasi terkait penyebab yang mendasarinya.
Misalnya, memilih minum air putih daripada soda, menghindari makanan pedas, atau mengendalikan napas saat stres atau kewalahan. Minum obat untuk mengendalikan refluks gastrointestinal juga bisa membantu jika ada gejala lain seperti mulas.
Sejumlah studi ilmiah mengulas, cegukan bisa berhenti setelah pijat rektum digital dan orgasme. Untuk kasus paling ekstrem, pasien cegukan memerlukan resep obat penenang, pelemas otot, atau obat anti-kejang.
"Beberapa pasien membutuhkan suntikan atau penanganan alat neuromodulasi yang merangsang saraf vagus, tapi terapi invasif ini adalah pilihan terakhir," kata Gabbard, dikutip dari laman Channel News Asia.