Ahad 01 Sep 2019 16:30 WIB

Puasa Bisa Jadi Terapi Atasi ''Kecanduan'' Nasi

Karbo kerap memiliki sifat enak dan menimbulkan perasaan bahagia.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Nasi. Ilustrasi
Foto: Cooked
Nasi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Orang yang akan berdiet dengan mengurangi asupan karbohidrat, kerap mengalami kendala. Biasanya, badan akan lemas, pusing, dan gemeteran. Dalam bahasa Sunda, kondisi tersebut sering disebut salatri. Kalau sudah mengalami kondisi seperti ini, biasanya orang yang berdiet pasti akan memilih kembali pada kebiasaan lamanya yakni memakan karbohidrat terutama nasi dalam jumlah seperti biasanya atau cukup banyak. Tanpa ia sadari, inilah awal dietnya gagal karena kalori yang dikonsumsinya tinggi.

Ternyata, menurut Dokter Spesialis Gizi Klinis yang berpraktik di Bandung Skin Center, dr A Firmansyah Sp GK Mkes ABAARN-Dipl, kondisi salatri tersebut memang kerap terjadi pada seseorang yang ingin mengurangi atau menghentikan konsumsi karbohidratnya. Karena, karbo sendiri memiliki sifat enak, rasa manis atau asin. Sehingga, akan menimbulkan perasaan bahagia. Namun, karbo ini bisa memicu bahagia tapi sifatnya sementara dan cepat.

Baca Juga

"Badan akan gemetaran saat mengurangi karbo karena mungkin orang itu biasa mengisi perutnya dengan karbi setiap 2 jam sekali jadi nagih. Nah, salatri itu sebenarnya sakau karbo," ujar Firmansyah kepada wartawan saat Peresmian Bandung Skin Center di Jalan Dago, akhir pekan ini.

Firmansyah menjelaskan, orang mengalami gemeteran atau salatri tersebut karena tubuhnya memerlukan makanan. Biasa, saat tak memulai program diet, orang tersebut sering  memakan golongan karbo setiap 2 jam dan 3 jam sekali. Jadi, karena ketagihan tubuh memberikan reaksi seperti itu. Namun, ia memiliki solusinya. Yakni, dengan berpuasa.

"Kita setiap puasa ramadan kan 14 jam. Tapi, reaksi salatri itu tak ada. Karena memang ini psikologis," katanya.

Menurut Firmansyah, kalau diet kalori dengan mengurangi asupan karbo ingin sukses maka kita harus 'melawan' ketagihan karbo tersebut. Salah satu terapinya, dengan berpuasa.

"Untuk menghilangkan ketagihan karbo itu, kita bisa merancang pola hari-hari puas. Misalnya, bisa dimulai dengan puasa Senin-Kamis," katanya.

Diet sendiri, kata dia, artinya adalah mengatur pola makan. Selama ini, banyak orang-orang yang berdiet dengan mengurangi makan. Padahal, seharusnya mengatur makan. Yakni, menambah golongan makanan tertentu dan mengurangi makanan tertentu.

"Kan dalam satu kondisi kita bisa kelebihan dan kekurangan makanan tertentu," katanya.

Firmansyah mengatakan, saat ini trend infuse water cukup merebak di masyarakat. Kandungan infuse water ini pun, memang cukup baik untuk mendetox tubuh. Namun, tetap harus disertai dengan pola makanan sehat yang seimbang.

Firmansyah menjelaskan, kulit kita sebenarnya bisa diibaratkan sebagai jendela dari kondisi tubuh di dalam. Ketika ada ketidakseimbangan fungsi di dalam tubuh akibat toksin atau racun, maka dampaknya terlihat pada permukaan kulit.

Tubuh sendiri, kata dia, sebenarnya memiliki kemampuan untuk menangkal racun. Tetapi, akibat radikal bebas, daya alamiah itu semakin berkurang sehingga racun semakin bertumpuk. Gejala seseorang memiliki banyak racun adalah kelebihan berat badan, jerawatan, sering sakit kepala, bau badan, rambut rontok, sulit tidur, mudah lelah, dan hormon yang tidak seimbang.

Penyebab penimbunan toksin pun, kata dia, cukup beragam. Misalnya, karena sering mengonsumsi makanan yang diproduksi pabrik yang mengandung pengawet, pewarna, dan perasa, kebiasaan merokok, kurang makan sayur dan buah, serta polusi udara.

Karena racun itulah, kata dia, program kesehatan kulit, program kesehatan gizi, anti-aging, serta program diet dan kebugaran menjadi tidak berdampak optimal. Bagi yang diet, biasanya terjadi efek yo-yo. "Oleh karena itu, setiap program itu harus ditunjang dengan detoksifikasi, membuang racun di dalam tubuh," katanya.

Program detoksifikasi di Bandung Skin Centre, kata dia, dilakukan dengan cara melalui infus. Tujuannya, supaya bisa dengan cepat memberikan antioksidan dosis tinggi untuk mengganti nutrisi yang terkuras akibat racun.

Agar hasil program berhasil dan terarah, kata dia, BSC pun mengenalkan satu pemeriksaan istimewa, yaitu Nutrigenomic. Nutrigenomic adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui zat gizi apa saja yang kurang pada diri seseorang. Pemeriksaan ini, diperlukan untuk menentukan dosis vitamin dan mineral yang diberikan.

Selain itu, kata dia, pemeriksaan Nutrigenomic bisa memperlihatkan intoleransi tubuh seseorang pada jenis makanan tertentu. Dengan begitu, pola makan dan bentuk olahraga yang akan dianjurkan juga akan lebih cocok sehingga bisa segera mendapatkan tubuh ideal , sehat, dan seimbang gizi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement