Senin 26 Aug 2019 21:58 WIB

Once Upon a Time in Hollywood Hidupkan Lagi Monster Manson

Once Upon a Time in Hollywood angkat cerita pembunuhan yang didalangi Monster Manson.

Rep: Setyanavidita Livikacansera/ Red: Reiny Dwinanda
Brad Pitt dan Leonardo DiCaprio dalam Once Upon a Time in Hollywood.
Foto: Sony Pictures
Brad Pitt dan Leonardo DiCaprio dalam Once Upon a Time in Hollywood.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Empat tahun setelah film terakhirnya, The Hateful Eight tayang pada pengujung 2015, Quentin Tarantino akhirnya kembali dengan karya terbarunya, Once Upon a Time in Hollywood. Digarap sejak pertengahan 2017, film yang dibintangi Brad Pitt, Leonardo DiCaprio, dan Margot Robbie ini memang telah lama dinantikan.

Maaih meneruskan benang merah dari karya-karya terdahulunya, kali ini sutradara asal Amerika Serikat (AS) ini, juga kembali terinspirasi menghidupkan kembali cerita klasik. Apabila di Inglorious Bastards, Quentin menggarap cerita tentang Nazi, kemudian di Django Unchained ia membawa penontonnya ke zaman perbudakan, kali ini ia membawa penggemarnya ke lansekap perfilman Hollywood di era 1960-an.

Baca Juga

Tak hanya mengangkat kembali dinamika perfilman Hollywood di masa itu, tapi Quentin secara spesifik memfokuskan ceritanya pada salah satu kasus pembunuhan paling legendaris sepanjang masa, Tate/LaBianca Murders. Cerita pembunuhan ini menjadi legenda, tak hanya karena salah satu korbannya adalah istri dari salah satu sutradara ternama dunia, Roman Polanski. Tapi, juga pembunuhan ini melejitkan nama Charles Manson sebagai otak dari pembunuhan sadis tersebut.

Dalam film berdurasi lebih kurang 161 menit ini, sejak awal, Quentin langsung memperkenalkan penonton dengan sang tokoh utama, Rick Dalton (DiCaprio) yang tengah mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Rick yang telah berkarier belasan tahun di Hollywood, harus bersaing dengan maraknya pendatang baru dan makin dinamisnya industri film kala itu.

Dalam beberapa film terakhirnya, Rick kerap ditemani oleh pemeran penggantinya, Cliff Booth (Pitt) tak sekadar menjadi rekan kerjanya, tapi juga sahabat, sekaligus sopir pribadinya. Kehidupan duo aktor ini tanpa sengaja bersinggungan dengan pengantin baru, Sharon Tate (Robbie) dan sang suami, Polanski (Rafał Zawierucha).

Cerita pun berlanjut lambat ketika Quentin membawa penontonnya mengikuti kehidupan para pemeran utamanya secara lebih dekat. Seperti Sharon yang baru saja mencicipi manisnya madu kesuksesan di Hollywood. Atau Dalton yang mendapat peran tak menonjol dalam film koboi terbarunya dan Booth yang termahsyur sebagai suami yang membunuh istrinya tapi tak dipenjara akibat perbuatannya.

Dibanding film-film Quentin sebelumnya, Once Upon a Time hadir lebih berwarna, lengkap dengan daya tarik fashion khas sixties yang memang begitu legendaris. Klimaks dibangun perlahan, sejak Manson (Damon Herriman) ditampilkan mulai mengincar kediaman Sharon lengkap dengan dinamika The Manson Family yang memang begitu tak biasa.

Kepiawaian Quentin sebagai sutradara juga terasa ketika ia berhasil menggabungkan antara kisah tragis yang melanda istri Polanski dengan karakter Rick dan Cliff yang merupakan fiksi semata. Tapi, bukan berarti dua karakter utama ini dihadirkan sang sutradara tanpa riset dan inspirasi yang kuat.

Beberapa nama, seperti George Maharis, Fabian Forte, hingga kedekatan antara aktor Burt Reynolds dengan pemeran penggantinya, Hal Needham, diakui Quentin menjadi inspirasi utamanya dalam menciptakan duo karakter utamanya kali ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement