Ahad 18 Aug 2019 20:02 WIB

Film Gundala Tembus TIFF 2019

Film Gundala akan diputar di Program Midnigt Madness.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Agung Sasongko
Muzakki, Tara Basro, Abimana Aryasatya, Joko Anwar, Bront Palarae dalam peluncuran trailer film Gundala di Jakarta Convention Center (JCC), Ahad (28/10).
Foto: Republika/Santi Sopia
Muzakki, Tara Basro, Abimana Aryasatya, Joko Anwar, Bront Palarae dalam peluncuran trailer film Gundala di Jakarta Convention Center (JCC), Ahad (28/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Gundala berhasil menembus Festival Film International Toronto (TIFF) 2019. Film garapan sutradara Joko Anwar ini akan diputar di program Midnight Madness.

Abimana Aryasatya sebagai pemeran Gundala merasa senang film yang dia bintangi bisa masuk di TIFF. Karena, berarti Gundala sudah dianggap setingkat dengan film-film luar.

Baca Juga

Selanjutnya, pria kelahiran Jakarta, 24 Oktober 1982 ini mengaku merasa berdebar-debar dan takut. Sebab, Gundala akan tayang bersama sembilan film besar lainnya.

Di antaranya, film Joker yang disutradarai oleh Todd Phillips dan film First Love yang disutradarai Takashi Miike.

"Mereka itu sutradara yang besar dan film besar. Bisa sepanggung sama mereka itu adalah sebuah kebanggaan," ujar Abimana di Atrium Plaza Senayan, Jakarta, Ahad (18/8).

Selain itu, pemeran Godam, Chicco Jerikho mengungkapkan masuknya Gundala di TIFF 2019 sebagai kick-off yang luar biasa karena bisa berkompetisi sejajar dengan film-film luar negeri.

"Mudah-mudah ke depannya berjalan luar biasa lagi," kata Chicco.

Gundala diangkat ke layar lebar berdasarkan pada cerita karakter pahlawan super Indonesia bernama serupa pada 1969. Komik Gundala dibuat oleh Harya Suraminata (Hasmi).

Film yang diproduksi oleh Screenplay Films, Legacy Pictures bersama pemilik hak cipta Gundala, Bumilangit Studios ini akan bercerita tentang Sancaka (Abimana Aryasatya) yang telah hidup di jalanan sejak orang tuanya meninggalkannya.

Menjalani kehidupan yang berat, Sancaka bertahan hidup dengan memikirkan keselamatannya sendiri. Ketika keadaan kota makin buruk dan ketidakadilan berkecamuk di seluruh negara, Sancaka harus memutuskan, apakah dia terus hidup menjaga dirinya sendiri atau bangkit menjadi pahlawan mereka yang tertindas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement