Sabtu 17 Aug 2019 11:22 WIB

Studi: Wanita tak Lebih Multitasking daripada Pria

Jenis kelamin tak menjadi pembeda dalam kemampuan seseorang mengerjakan banyak tugas

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Christiyaningsih
Selama ini banyak anggapan menyebut wanita bisa mengerjakan beberapa hal sekaligus.
Foto: Google
Selama ini banyak anggapan menyebut wanita bisa mengerjakan beberapa hal sekaligus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru-baru ini sebuah penelitian mengungkapkan bahwa jenis kelamin tidak menjadi pembeda dalam kemampuan seseorang mengerjakan banyak tugas (multitasking). Dalam survei pada 2015 lalu, sebanyak 80 persen responden yakin bahwa perempuan memiliki kemampuan multitasking lebih baik daripada pria. Namun, apa yang dikatakan sains?

Dilansir di Medical News Today, sebuah penelitian baru mematahkan anggapan tersebut. Peneliti dari Institut Ilmu Psikologi di Universitas Aachen Jerman, Patricia Hirsch dan rekan-rekannya menguji stereotip itu.

Baca Juga

Para peneliti meminta 96 peserta, masing-masing 48 pria dan 48 wanita, mengikuti dua jenis tes yakni tugas beralih dan tugas ganda. Hirsch dan rekan-rekannya telah mempublikasikan temuan mereka di jurnal PLOS One berjudul Tidak ada Perbedaan Gender yang Substansial dalam Melakukan Banyak Tugas.

Istilah multitasking menggambarkan kinerja dari serangkaian tugas yang berbeda dalam periode waktu terbatas. Keterlibatan seseorang dalam multitasking membutuhkan kinerja kognitif lebih besar. Sebab, multitasking melibatkan temporal tumpang tindih dari proses kognitif yang terlibat dalam melakukan tugas-tugas itu.

Dengan kata lain, melakukan beberapa hal pada saat bersamaan membutuhkan lebih banyak energi kognitif daripada melakukannya satu per satu. Pada kenyataannya, alih-alih melakukan beberapa hal sekaligus, otak manusia beralih dengan cepat di antara tugas-tugas selama multitasking yang menempatkan tekanan pada perhatian dan sumber daya kognitif.

Untuk menguji perbedaan gender dalam kemampuan multitasking, Hirsch dan rekan-rekannya meminta peserta terlibat dalam dua set kegiatan. Dalam rangkaian percobaan pertama, yang disebut concurrent multitasking atau dual tasking, para peneliti meminta para peserta untuk memperhatikan dua tugas sekaligus.

Pada set eksperimen kedua yang disebut multitasking berurutan atau pengalihan tugas, para peserta harus mengalihkan perhatian di antara tugas-tugas. Untuk kedua pengujian paradigma, para peserta harus mengkategorikan huruf sebagai konsonan atau vokal dan digit sebagai ganjil atau genap menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.

Dalam pengaturan multitasking bersamaan, para peneliti mempresentasikan rangsangan pada saat yang sama. Sementara dalam pengaturan multitasking berurutan, mereka mempresentasikannya secara bergantian. Selama percobaan, para peneliti mengukur waktu reaksi peserta dan akurasi tugas.

Hasil percobaan menunjukkan pengerjaan multitasking ternyata berhubungan dengan waktu reaksi dan akurasi dan ternyata setara antara pria dan wanita. Selain itu, pria dan wanita memiliki kinerja yang sama baiknya atau sama buruknya ketika mereka mencoba melakukan banyak tugas. Temuan itu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan gender yang substansial dalam kinerja multitasking di seluruh pengalihan tugas dan paradigma tugas ganda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement