Rabu 14 Aug 2019 23:45 WIB

Hiruk Pikuk Si Alkisah Masuk Nominasi Festival Film Locarno

Festival Film Locarno setara festival Cannes dan Sundance.

Hiruk Pikuk si Alkisah atau The Science of Fiction.
Foto: cineuropa.org
Hiruk Pikuk si Alkisah atau The Science of Fiction.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Film Indonesia berjudul Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah atau The Science of Fiction untuk judul internasional, karya terbaru sutradara Yosep Anggi Noen terpilih masuk dalam kompetisi utama Festival Film Locarno 2019 yang digelar di Locarno, wilayah Ticino, Swiss, dari 7 hingga 17 Agustus mendatang.

Festival film Locarno setara dengan festival film Cannes, Venice, Berlin dan Sundance, memperebutkan piala Golden Leopard dan merupakan ajang festival prestisius yang diadakan setiap tahun sejak 1946.

KBRI Bern mengadakan Indonesian Movie Cocktail di sela-sela penyelenggaraan Festival Film Locarno tersebut sebagai bentuk apresiasi kepada film Indonesia yang akhirnya berhasil masuk nominasi kompetisi utama Festival Film Locarno, sejak kesertaan Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir, Senin (12 /8)

Film Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah, berkisah tentang seseorang bernama Siman, pemuda dari pelosok Yogyakarta yang melihat pengambilan gambar film pendaratan manusia di bulan yang dilakukan di Pantai Parangtritis, Yogyakarta, tahun 1960-an oleh kru asing. Namun, Siman justru mengalami naas pada saat itu.

Selain film Hiruk-Pikuk Si Al-Kisah, Indonesia juga mengirim film pendek berjudul Kasiterit karya sutradara Riar Rizaldi, serta dua proyek Open Doors Hub yang berjudul Autobiography dan Imah untuk berpartisipasi pada festival ini.

Pensosbud KBRI Bern menyebutkan kantor Perwakilan RI, KBRI Bern mendukung kemajuan perkembangan film Indonesia pada Festival Film Locarno.

Diharapkan melalui Indonesian Movie Cocktail, seluruh produser, sutradara, artis, serta pegiat film Indonesia dapat lebih bersemangat untuk berkarya mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

Pada Indonesian Movie Cocktailkali ini hadir produser, sutradara, serta media asing yang mengapresiasi keberhasilan film Indonesia masuk sebagai karya unggulan Festival tahunan para sineas dari seluruh dunia.

Yosep Anggi Noen bersaing dengan beberapa sutradara besar seperti Pedro Costa dari Portugis dan Koji Fukada dari Jepang.

Golden Leopard pernah diterima oleh sutradara-sutradara besar dunia termasuk Jim Jarmusch (1984), Claire Denis (1996), Lav Diaz (2014), Jafar Panahi (1997) dan Hong Sang Soo (2015).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement