REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stres dan rasa cemas sering kali diasosiasikan sebagai sesuatu yang negatif. Padahal, stres dan kecemasan juga dapat memainkan peran yang positif di dalam kehidupan.
Stres biasanya terjadi ketika seseorang melakukan sesuatu di ambang batas kemampuannya. Stres juga dapat muncul ketika seseorang dipaksa oleh keadaan untuk bisa berkembang di luar batas yang familiar.
Di sisi lain, rasa cemas merupakan sebuah sistem 'alarm' dari dalam diri. Kemungkinan besar rasa cemas ini diturunkan melalui proses evolusi. "Rasa cemas memperingatkan kita pada ancaman," jelas psikolog Lisa Damour seperti dilansir Times Now News.
Ancaman ini bisa berupa ancaman eksternal maupun ancaman internal. Contoh dari ancaman eksternal adalah rasa cemas yang muncul ketika melihat sopir mengemudikan mobil keluar jalur. Contoh dari ancaman internal adalah rasa cemas yang muncul ketika seseorang menunda pekerjaan terlalu lama dan harus mulai bekerja kembali.
Meski memiliki beberapa manfaat, bukan berarti stres dan rasa cemas tidak dapat membahayakan. Stres bisa menjadi sesuatu yang negatif bila kadar stres sudah terlalu tinggi dan tidak terkelola dengan baik.
Rasa cemas juga bisa tak menyehatkan bila ia muncul sebagai 'alarm' yang tidak masuk akal. Misalnya, seorang pelajar merasakan cemas berlebih sehingga mengalami serangan panik hanya karena dihadapkan pada tes atau kuis kecil. "Terkadang, seseorang bisa merasakan cemas secara rutin tanpa alasan sama sekali," ungkap Damour.