Jumat 09 Aug 2019 00:35 WIB

Kendalikan Marah Sebelum Berujung Penyesalan

Kemarahan berlebihan dapat berujung merugikan jika tidak dikendalikan.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Wanita marah (Ilustrasi)
Foto: Google
Wanita marah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Marah adalah emosi yang wajar dirasakan semua orang. Namun, marah yang terlalu hebat dan terus menerus berulang jelas bisa sangat mengganggu. Apabila tidak dikendalikan, kemarahan yang berlebihan bisa berujung pada hal yang merugikan.

Kemarahan lazimnya diekspresikan dengan berteriak, memukul meja, memaki, atau menuliskan status dengan kata-kata kasar. Lebih buruk lagi, wujud kemarahan bisa berupa perilaku kekerasan pada orang lain atau mengakhiri hidup seseorang.

Psikiater Lahargo Kembaren menjelaskan, terdapat banyak penyebab kemarahan. Beberapa di antaranya adalah rasa kecewa, malu, sedih, frustrasi, tidak nyaman, tidak dihargai, kesepian, takut, merasa tidak aman, penolakan, hingga rasa terjebak.

Semua itu mengaktifkan amigdala, bagian otak yang mengontrol emosi. Selanjutnya, sejumlah bagian otak teraktivasi dan terjadi peningkatan hormon stres kortisol yang menyebabkan banyak sel saraf yang mati di sejumlah bagian otak.

"Peningkatan hormon stres kortisol akan mengurangi hormon serotonin dalam otak yang membuat seseorang bahagia. Hal itu menyebabkan seseorang menjadi lebih mudah marah, hingga berujung pada tindakan agresi atau perilaku kekerasan," ujar Lahargo.

Hormon stres yang meningkat pun bisa mempengaruhi berbagai sistem organ di dalam tubuh. Sistem kardiovaskuler terganggu, sistem imun menurun, tekanan pada bola mata meningkat, densitas tulang menurun, juga terganggunya sistem pencernaan.

Beberapa gangguan kejiwaan seperti gangguan mental, skizofrenia, gangguan bipolar, dan depresi juga memiliki tanda dan gejala marah yang tidak terkontrol. Lahargo menyarankan untuk tidak mengabaikan apabila seseorang mengalami hal itu.

"Berkonsultasi pada profesional kesehatan jiwa seperti psikiater, perawat jiwa, psikolog, atau dokter umum terlatih akan mempercepat proses pemulihan marah yang terlalu berlebihan," kata pria yang praktik di RS Marzoeki Mahdi Bogor itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement