REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Siapa sangka rumah ahli beres-beres dari Jepang, Marie Kondo, ternyata juga bisa berantakan. Meskipun, sekacau-kacaunya rumah Kondo sepertinya tak pernah lebih berantakan dari rumah sebagian besar orang pada umumnya.
Dilansir CNN belum lama ini, Kondo mengaku 'kekacauan' di rumahnya kadang terjadi saat ia sedang sangat sibuk. “Sejujurnya, situasi telah berubah sejak saya masih lajang. Saya sudah melepaskan kebutuhan untuk mempertahankan rumah yang sempurna sepanjang waktu,” ujar Kondo.
Ia mengaku, sibuk dan berada di bawah tekanan adalah hal yang wajar. Hal itu juga ia alami dan membuatnya kadang tidak memiliki waktu untuk merapikan rumah yang ia tinggali bersama suami dan dua orang anaknya.
Saat ini, Kondo tengah mempersiapkan buku cerita bergambar untuk anak-anak. Buku yang memiliki nilai edukasi itu diberi judul Kiki & Jax: The Life-Changing Magic of Friendship.
Dilansir The Hollywood Reporter, Marie mengatakan bahwa buku yang akan mengajarkan anak soal seni deklarasi itu akan dirilis pada 5 November 2019. “Ini adalah timeless story soal persahabatan. Saya harap Kiki dan Jax akan menginspirasi anak dan keluarga untuk merapikan rumah dengan suasana yang bergembira,” ujarnya.
Dalam buku itu, Kiki dikisahkan sebagai seorang kolektor sedangkan Jax adalah seorang penyortir. Mereka berdua selalu menghabiskan waktu bersama-sama untuk bermain. Mereka pun tertantang untuk selalu membuat ruangan menjadi tetap menyenangkan untuk bermain.
Dalam menyusun buku ini, Kondo menggandeng Salina Yoon sebagai co-writer dan ilustrator. Salina mengatakan cerita dalam buku ini mencerminkan bahwa filosofi dari Marie Kondo itu menyenangkan, penuh arti, dan dapat diterapkan oleh anak-anak.
Marie Kondo atau yang juga dikenal sebagai Konmari merupakan perempuan 34 tahun yang mengembangkan metode merapikan rumah. Berkat metodenya itu, ia pun dijuluki sebagai the tidiest woman in the world.
Buku karyanya yang berjudul The Life-Changing Magic of Tidying Up telah diterbitkan di 30 negara dan menjadi buku best seller di Jepang dan Eropa. Pada 2015, ia pun sempat dinobatkan oleh Time untuk menjadi salah satu dari 100 most influential people.