Jumat 02 Aug 2019 00:52 WIB

Kecanduan Game Online Bisa Pengaruhi Psikis Anak

Kecanduan game online membuat anak cemas, mudah tersinggung, dan konsentrasi turun

Anak perlu diberi batasan saat bermain dengan gadget.
Foto: kidsplay
Anak perlu diberi batasan saat bermain dengan gadget.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  - Kecanduan atau adiksi terhadap game online atau daring bisa mempengaruhi psikis anak jika berlangsung secara terus menerus dan tidak diatasi. Kepala Sub Direktoreat Masalah Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, dr Lina R Mangaweang Sp.Kj mengatakan, dampak psikis yang terjadi pada anak akibat kecanduan game bisa membuatnya menjadi cemas, mudah tersinggung, dan konsentrasi yang menurun.

"Psikis anak jadi cemas, gampang tersinggung, karena kurang tidur, emosi mudah terpancing, konsentrasi terganggu. Kalau adiksinya tidak diatasi bisa mengganggu fungsi kognitif," kata dia, Kamis (1/8).

Lina menjelaskan kecanduan terhadap game yang tidak teratasi bisa mengganggu fungsi otak, seperti fungsi eksekutif yang berpengaruh dalam proses merencanakan dan menentukan.

Selain itu, anak yang adiksi terhadap game dan memainkannya setiap hari juga bisa berpengaruh pada interaksi sosialnya yang memburuk. "Keterampilan sosialnya bisa berkurang karena sering bermain game online. Anak bisa menjadi egosentris, individualistik, dan nantinya akan kesulitan bekerja bersama dalam kelompok," kata Lina.

Selain berpengaruh pada psikis anak, kecanduan gawai atau game online juga bisa berpengaruh pada kesehatan fisik. Anak yang sering bermain game biasanya akan merasakan sakit pada pergelangan tangan, pegal-pegal pada tulang punggung dan leher, dan tentunya sangat berpengaruh pada kesehatan mata.

Sementara itu adiksi penggunaan gawai pada anak balita yang belum bisa berbicara juga bisa menyebabkan keterlambatan bicara karena minim interaksi. Lina menyarankan orang tua untuk memberikan pengawasan lebih pada anak dalam bermain game atau pun berselancar di internet.

Dia menjelaskan, harus ada batasan waktu yang harus dipatuhi dan orang tua lebih banyak membangun interaksi dengan anak agar penggunaan gawai tidak menjadi adiksi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement