Ahad 28 Jul 2019 23:42 WIB

Menjadi Penggiat Alam Cerdas di Adventure Camp 2019

Adventure Camp 2019 bekali penggiat alam bebas dengan konsep S.M.I.L.E

Salah satu kegiatan dalam Adventure Camp 2019
Foto: Republika/Yudha Manggala
Salah satu kegiatan dalam Adventure Camp 2019

REPUBLIKA.CO.ID, CISARUA -- Berkegiatan di alam bebas seperti mendaki gunung bukan sekadar jalan-jalan biasa. Ia menyimpan risiko membahayakan diri, lingkungan, maupun orang lain. Karenanya, penggiat aktivitas alam butuh terampil dan cerdas. Terutama dalam mempersiapkan bekal kebutuhan, memahami etika, dan siap tanggap darurat saat bertualang.

Adventure Camp 2019 hadir untuk memfasilitasi itu. Perkemahan akbar yang digelar di Gayatri Adventure Camp, Cisarua, Bogor, 26 Juli-28 Juli 2019 ini mengusung S.M.I.L.E., kegiatan edukatif yang melibatkan pendaki profesional dan pakar di bidangnya.

photo

Suasana Adventure Camp 2019.

"Adventure Camp itu sendiri kontennya berhubungan dengan materi pendidikan-pendidikan dasar pembekalan buat peserta. Kita menyebutnya dan menyingkatnya dengan SMILE, kepanjangan dari Smart, Manajemen Perjalanan, Impression, Literasi, dan Emergency Response," kata Yudhi Kurniawan, salah satu penggagas Adventure Camp 2019 dari Komunitas Lintas Nasional, kepada Republika.co.id, Sabtu (27/7) sore.

Seperti dikutip dari rundown acaranya, Smart adalah materi menjadi penggiat alam bebas yang cerdas dan bijak. Sementara Manajemen Perjalanan, bagaimana mempersiapkan bekal kebutuhan berkegiatan sebelum bertualang.

Impression adalah attitude (sikap) yang baik di dalam berkegiatan di alam bebas. Sedangkan Literasi membuat berita perjalanan kegiatan alam bebas secara edukatif dan informatif. Emergency Response, menjadikan penggiat alam yang siap tanggap darurat.

"Secara umum materi-materi yang diberikan adalah pembekalan untuk menghindari ataupun mengurangi risiko-risiko kecelakaan di gunung maupun petualangan petualangan lainnya," jelas Yudhi.

photo
Suasana belajar di Adventure Camp 2019

Yudhi juga memastikan pembekalan-pembekalan tersebut diisi pemateri yang memiliki kapasitas dan kapabilitas. Sebut saja ada Wisnu Wiryawan 'Inoe' dan Mohammad Ansori "Ori" dari Federasi Mountaineering Indonesia (FMI), Rahman Mukhlis dan Ripto Mulyono dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI), dan Yudhi Kurniawan dan Joe Item dari Perkumpulan Relawan Nusantara (Prens).

Narasumber lain Yudha Manggala, Sadly Rachman, dan Fakhtar Khairan Lubis dari Republika.co.id, juga Anggit Mulyo Satoto dan Eddy Heryanto dari Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas).

photo

Dari tiga hari gelaran Adventure Camp, seluruh sesi pembekalan difokuskan pada hari kedua. Setiap kegiatannya dilakukan di kelas beratapkan tenda dan alam terbuka. Karena konsepnya yang interaktif dan sesekali diselingi praktik, para peserta terlihat antusias mengikuti sejak pagi hingga sore hari.

Salah satu pemateri, Anggit Mulyo Satoto, menyambut baik kegiatan pembekalan seperti ini. Apalagi aktivitas wisata petualangan alam terbuka sudah sangat menjamur. Butuh diimbangi pengetahuan dan keterampilan.

"Kami pikir semua pegiat petualangan alam bebas itu wajib membekali diri dengan keterampilan-keterampilan yang memungkinkan untuk mengantisipasi apabila ada hal-hal di luar kemampuan kita menimpa kita, sehingga kita sudah siap," ungkap pria yang menjabat Kepala Subdirektorat Pengelolaan Potensi Pencarian dan Pertolongan Basarnas.

Sementara itu Fitri, salah satu peserta dari Kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur senang bisa ikut serta. Menurutnya Adventure Camp 2019 sangat bermanfaat. Apalagi, kata dia, jarang kegiatan-kegiatan outdoor yang mengumpulkan komunitas penggiat alam dan memberikan edukasi.

"Alhamdulillah, banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan dari hari kemarin dan hari ini yang tidak terpikir sebelumnya," kata wanita yang juga pendiri komunitas anak dan remaja penyuka kegiatan alam di Jakarta ini.

"Kegiatan Adventure Camp ini banyak sekali pelajaran, terutama bagaimana menjadi penggiat alam yang cerdas."

photo
Sebagian peserta Adventure Camp berfoto bersama, Sabtu (27/7).

Adventure Camp 2019 diikuti kurang lebih 200 peserta dari seluruh Indonesia. Melibatkan sejumlah pegiat dari komunitas alam bebas, pelaku bisnis peralatan kegiatan outdoor, pegiat media sosial komunitas outdoor, serta perwakilan instansi profesional. Selain pembekalan, event ini juga menyajikan beberapa hiburan, permainan seru, pembagian hadiah, dan booth-booth produk perlengkapan kegiatan alam bebas.

 

Adventure Camp, Gerakan Moral

Salah satu penggagas sekaligus penasehat kegiatan Adventure Camp 2019 Muhammad Anshori atau akrab dikenal sebagai Ori Kaki Gunung mengatakan, kegiatan ini bermula dari inisiasi beberapa pegiat alam senior, seperti Yudhi Kurniawan, Nanda, Joe Item, dan beberapa rekan lain.

Mereka sama-sama punya keinginan membuat sebuah gerakan moral. Gerakan yang dilandasi keprihatinan melihat kian banyaknya kecelakaan di gunung. Hampir semua kasus tersebut disebabkan kesalahan-kesalahan individu.

"Yang kita paham selalu, kita sepakati, bahwa kegiatan di alam terbuka, salah satunya adalah mendaki gunung mempunyai dua faktor resiko. Yaitu objektif dan subjektif. Artinya dari internal dan eksternal. Nah, ini kebanyakan yang terjadi adalah dari internal; ketidaksiapan, kekurang pengalaman, ketidakpahaman terhadap peralatan dan segala macam," ujar salah satu pendiri Federasi Mountaineering Indonesia (FMI) kepada Republika.co.id, Sabtu (27/7).

Ia juga melihat saat ini banyak komunitas-komunitas bermunculan dengan latar belakang pendaki gunung atau berkegiatan di alam terbuka. Namun, sebagian belum memberikan ruang edukasi yang informatif dan kreatif. Walaupun ada, belum terlihat kemampuan mengolah dan menyaring informasi dengan baik dan bijak.

"Sehingga yang terjadi adalah hanya sebuah candaan, hanya sebuah rekayasa dari sebuah cerita dimana mereka mengandaikan sesuatu. Akhirnya gunung yang tadinya itu sisi adventure-nya lebih banyak, artinya ketika ngomongin sisi adventure itu berarti juga faktor bahayanya tinggi itu, menjadi tempat wisata, semua orang bisa masuk. Akhirnya awareness-nya juga berkurang, " tambahnya.

Karena itulah Adventure Camp 2019 diselenggarakan, lanjut dia. Untuk mengedepankan sisi edukasi. Terutama pada tiga hal. Yakni skill atau keterampilan, knowledge (pengetahuan), dan attitude (perilaku dan etika). Bukan hanya demi aman, ketiga hal ini juga penting agar kegiatan alam bebas menjadi nyaman.

"Karena aman, perspektifnya satu. Kita pasti sama. Kembali ke rumah dengan tidak kurang satu apapun...tapi kalo nyaman perspektifnya bisa beda-beda, tergantung dari apa yang kita lakukan, berbanding lurus," kata ayah tiga anak ini.

Ori berharap Adventure Camp 2019 dapat memengaruhi dan memicu para penggiat lain untuk membuat kegiatan sejenis. Event ini juga dinilainya dapat menjadi barometer kegiatan edukasi untuk penggiat petualangan alam bebas.

"Jadi ini sebuah role model, ke depannya kita harapkan ini bisa menjadi sebuah contoh buat teman teman yang lain," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement