REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengidam makanan asin sangat umum dan sangat normal. Apalagi, garam memang memiliki rasa yang sangat adiktif.
Tubuh manusia dirancang untuk menikmati garam karena itu diperlukan untuk bertahan hidup. Tubuh memerlukan natrium untuk berbagai fungsi, yaitu untuk saraf dan otot serta untuk menjaga keseimbangan cairan.
Ginjal bertugas mengatur keseimbangan natrium dengan menyimpannya ketika rendah dan mengeluarkan kelebihan melalui urine. Lantas, mengapa terkadang rasa untuk menyantap makanan asin datang tiba-tiba?
Laman Health24 mengungkap, tampaknya keinginan mencicipi rasa asin disebabkan oleh kebiasaan menggunakan terlalu banyak garam. Orang yang terbiasa menaburkan garam pada makanan akan mulai berpikir mereka membutuhkannya.
Jika keinginan garam terjadi tiba-tiba dan tidak terkait dengan aktivitas atau waktu tertentu, itu mungkin merupakan gejala dari kondisi medis, seperti penyakit Addison, dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit. Untuk mengatasinya, coba dengan minum air dan tambahkan elektrolit, terutama setelah berolahraga berat.
Berapa banyak garam yang sebenarnya kita butuhkan? Penelitian telah menunjukkan bahwa rata-rata orang makan terlalu banyak garam yang terbuat dari dua elemen kimia, Sodium (Na) dan Chlorida (Cl).
The American Heart Association merekomendasikan bahwa orang dewasa harus mengonsumsi antara 1,5 gram hingga 2,4 gram natrium (satu sendok teh garam) per hari. Orang Afrika Selatan mengkonsumsi antara 6 gram sampai 11 gram, yaitu dua hingga tiga kali jumlah yang direkomendasikan.
Asupan dibagi antara garam dalam makanan olahan dan apa yang ditambahkan di rumah selama proses memasak dan di meja. Jadi, haruskah kita memasak dengan garam Himalaya? Garam Himalaya dipanen dari tambang garam di Pakistan.
Warna merah muda berasal dari jumlah jejak besi oksida (karat). Ini juga mengandung sejumlah kecil kalsium, zat besi, kalium dan magnesium, membuatnya hanya sedikit lebih rendah natrium dengan 36,8 perssn versus 39,1 persen dalam garam meja biasa.