Jumat 19 Jul 2019 13:40 WIB

Like Instagram Disembunyikan Jaga Kesehatan Mental Pengguna

Sebuah studi sebut Instagram adalah aplikasi sosial paling rugikan kesehatan mental.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Christiyaningsih
Media sosial Instagram.
Foto: EPA
Media sosial Instagram.

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Instagram telah memperluas uji coba penyembunyian like ke enam negara baru. Beberapa bulan yang lalu aplikasi milik Facebook ini meluncurkan tes pertamanya di Kanada.

Enam negara tersebut adalah Australia, Brasil, Irlandia, Italia, Jepang, dan Selandia Baru. Pengguna masih akan dapat melihat berapa banyak like di unggahan mereka, tetapi orang lain tidak.

Baca Juga

“Kami berharap tes ini akan menghilangkan tekanan berapa banyak like yang diterima di setiap unggahan sehingga Anda dapat fokus berbagi hal-hal yang Anda sukai,” kata direktur Facebook Mia Garlick pada BBC yang dikutip The Wrap, Jumat (19/7).

Tes lebih besar datang hanya beberapa bulan setelah kepala Instagram Adam Mosseri mengatakan pada BuzzFeed News bahwa perusahaan ingin pengguna untuk tidak fokus pada jumlah like. Mosseri mengatakan ia ingin menciptakan lingkungan yang santai tanpa tekanan sehingga orang merasa nyaman mengekspresikan diri mereka sendiri.

Ini juga terjadi karena peningkatan like yang merusak kesehatan mental. Sebuah studi 2017 dari Inggris, Royal Society for Public Health melaporkan Instagram adalah aplikasi sosial yang paling merugikan kesehatan mental bagi orang berusia 14-24 tahun.

Laporan itu menyebutkan media sosial tersebut sering memperburuk masalah depresi, kecemasan, atau citra tubuh mereka. Instagram khususnya membuat para wanita muda membandingkan diri mereka dengan versi realitas yang tidak realistis, sebagian besar dikuratori, difilter, dan difoto.

“Otak merespons like seperti hadiah atau hal lain yang menggairahkan otak seperti makanan, seks, atau judi,” kata Profesor Cal State University Ofir Turel baru-baru ini pada The Wrap.

“Ketika Anda mendapatkan like, sistem hadiah menyala dan melepaskan dopamin yang membuat merasa baik,” ujarnya menambahkan. Perasaan yang baik itu bisa menjadi cepat berlalu karena pengguna kecanduan memeriksa ponsel mereka untuk validasi sosial telah mengunggah gambar atau video.

Turel, yang telah mempelajari dampak media sosial pada otak selama lebih dari satu dekade, mengatakan pengguna terbiasa memeriksa ponsel mereka. Ini termasuk 40 persen orang Amerika saat mengemudi. Sebab, Instagram dan platform lain telah menciptakan ‘hadiah variabel’.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement