Kamis 18 Jul 2019 15:06 WIB

Wisata Indonesia Masih Belum Populer di Turki

Minimnya akses menjadi penghambat wisatawan Turki ke Indonesia.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Indira Rezkisari
Wisata Pulau Bali
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Wisata Pulau Bali

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Konsul Jendral (Konjen) RI Istanbul Herry Sudrajat menuturkan, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) dari Turki yang datang ke Indonesia masih lebih sedikit dibanding dengan kondisi sebaliknya. Indonesia masih belum terlalu populer di masyarakat Turki sebagai destinasi wisata. Mereka lebih banyak berorientasi ke Eropa.

Menurut catatan Herry, sepanjang 2018, jumlah wisman Turki yang melancong ke Indonesia adalah 17 ribu orang. Sedangkan, orang Indonesia yang bepergian ke Turki hampir mencapai 120 ribu orang.

Baca Juga

Jumlah tersebut terus naik setiap tahunnya. "Dua tahun lalu, jumlahnya (masyarakat Indonesia yang pergi ke Turki) hanya 45 ribu," ujarnya ketika ditemui di Nusa Dua, Bali, Kamis (18/7).

Selain popularitas Indonesia yang masih kurang di kalangan orang Turki, Herry menyebutkan faktor penyebab tren tersebut. Salah satunya faktor keamanan dan citra Indonesia yang selama ini masih harus ditingkatkan. Termasuk di antaranya yang terkait bencana alam tsunami, gempa bumi maupun isu terorisme. Tapi, Herry memastikan, kondisi tersebut sudah diperbaiki melalui kerja sama berbagai pemangku kepentingan.

Faktor aksesibilitas juga masih menjadi tantangan. Herry menjelaskan, masyarakat Turki harus transit terlebih dahulu, sehingga mereka merasa jauh dan memakan waktu lama untuk bepergian ke Indonesia. Ia berharap, hambatan ini dapat diatasi dengan munculnya penerbangan langsung rute Istanbul-Denpasar oleh Turkish Airlines yang resmi beroperasi pada Rabu (17/7).

Herry menyebutkan, berbagai upaya terus dilakukan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisman Turki. Termasuk dengan melakukan kemitraan dalam promosi yang difasilitasi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) maupun Kementerian Luar Negeri (Kemenlu).

Turki merupakan potensi besar bagi industri pariwisata Indonesia. Harry menjelaskan, pendapatan per kapita masyarakat Turki sekitar 10 ribu dolar per AS, tiga kali lipat dibanding dengan Indonesia. Apabila dilihat dari kelasnya pun, sekitar 60 persen dari 80 juta warga Turki masuk dalam kalangan menengah ke atas yang dapat menjadi ceruk pasar wisata Indonesia. "Tiap musim panas, bahkan hampir 10 juta orang liburan ke luar negeri," katanya.

Selain industri pariwisata, Herry menambahkan, penerbangan langsung Istanbul-Denpasar akan membantu dalam sektor perdagangan. Meski neraca dagang Indonesia masih mengalami surplus dengan Turki hingga 700 juta dolar AS, inovasi ini memungkinkan perjalanan kargo akan lebih mudah. Terutama untuk produk yang membutuhkan waktu cepat dalam pengantarannya, seperti seafood dan bunga.

Untuk melayani rute Istanbul-Denpasar, Turkish Airlines menjadwalkan penerbangan tiga hari setiap pekan, yakni Rabu, Jumat dan Ahad, baik dari Istanbul maupun Bali. Jadwal ini diperkirakan akan berlangsung hingga 7 Agustus. Untuk waktu berikutnya, intensitas penerbangan akan ditingkatkan menjadi setiap hari dengan jam yang sama.

Waktu keberangkatan penerbangan dengan rute Istanbul-Bali adalah pada pukul 1.30 waktu setempat, dan tiba di Bali pada pukul 19.30 WITA. Setelah mendarat di Bali, pesawat yang sama akan kembali melanjutkan ke Istanbul pada pukul 21.00 WITA dengan nomor penerbangan TK-67. Penerbangan dijadwalkan mendarat di Istanbul pada pukul 05.25 waktu setempat di hari berikutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement