Kamis 11 Jul 2019 13:49 WIB

Indonesia Hadapi Ancaman Naiknya Perokok Anak dan Remaja

Prevalensi merokok terlihat lebih besar pada kelompok anak-anak dan remaja

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Christiyaningsih
Berhenti merokok (ilustrasi)
Foto: Boldsky
Berhenti merokok (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap Indonesia saat ini yang menghadapi ancaman meningkatnya perokok anak dan remaja. Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mengatakan kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat lebih besar pada kelompok anak-anak dan remaja.

"Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 menunjukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk usia kurang dari 18 tahun dari 7,2 persen menjadi 9,1 persen," kata Nila pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2019 di kantor Kemenkes, Kamis (11/7).

Baca Juga

Kajian Badan Litbangkes 2015 menunjukkan Indonesia menyumbang lebih dari 230 ribu kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya. Globocan 2018 menyatakan dari total kematian akibat kanker di Indonesia, kanker paru menempati urutan pertama penyebab kematian yaitu sebesar 12,6 persen.

Berdasarkan data Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, 87 persen kasus kanker paru berhubungan dengan merokok. Dalam berbagai riset tersebut, kini diketahui bahwa faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) utama yang bisa dicegah bersama adalah perilaku buruk merokok. Rokok merupakan faktor risiko penyakit yang memberikan kontribusi paling besar dibanding faktor risiko lainnya.

 

"Seorang perokok mempunyai risiko dua sampai empat kali lipat terserang penyakit jantung koroner dan memiliki risiko lebih tinggi untuk terserang penyakit kanker paru dan penyakit tidak menular (PTM) lainnya," ujar Nila.

HTTS diperingati setiap tanggal 31 Mei. Tahun ini tema globalnya adalah Rokok dan Kesehatan Paru dengan subtema Jangan biarkan Rokok Merenggut Nafas Kita. Tema global ini dipilih  untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak konsumsi rokok terhadap kesehatan paru serta terjadinya beban penyakit yang berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement