Senin 08 Jul 2019 15:03 WIB

Ketika Dokter Memvonis Masa Harapan Hidup Pasien Kanker

Informasi harapan hidup bantu pasien dan keluarga bersiap hadapi kematian.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Meningkatnya angka perokok di Asia diprediksi akan memicu naiknya angka penderita kanker paru.
Foto: Prayogi/Republika
Meningkatnya angka perokok di Asia diprediksi akan memicu naiknya angka penderita kanker paru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepergian tokoh nasional Sutopo membuat publik merasa kehilangan. Almarhum berjuang dengan kanker paru yang saat terakhir sudah menyebar ke organ lain, almarhum divonis pertama kali menderita kanker sejak Desember 2017. Berarti almarhum bertahan selama 19 bulan.

"Saya hanya mengingatkan bahwa kita atau kerabat kita bisa saja  menghadapi sakit kanker yang berbahaya ini. Tapi kadang kala kita tidak memahami bagaimana sikap kita saat menghadapi yang namanya sakit kanker bahkan akhir dari perjalanan sakit tersebut," ujar Akademisi dan Praktisi Klinis, Dr Ari Fahrial Syam.

Baca Juga

Sehari-hari sebagai dokter yang bekerja sebagai praktisi klinis, ia selalu berhubungan dengan pasien yang mengalami sakit termasuk juga sakit kanker. Seseorang yang mengalami sakit kanker setelah menjalani proses pengobatan akan mengalami tiga hal yaitu remisi, remisi dengan gejala sisa atau mengalami kematian.

"Kematian yang terjadi memang bisa diprediksi diawal saat kepastian diagnosis pasien ditegakkan. Cuma kadang kala, karena kecemasan yang tinggi pasien kanker yang sebenarnya masih stadium awal selalu berpikir kematian," tambahnya.

Sebaliknya ia sering juga menghadapi seseorang yang sudah menderita panyakit kanker yang lanjut. Misalnya kanker stadium 4 tapi tetap semangat dan tidak takut menghadapi kematian.

Pandangan manusia menghadapi kematian memang bermacam-macam. Pengalaman Dr Ari sebagai dokter dalam melihat penyakit biasanya ada dua hal utama yang ada dipikirkan pasien mengenai kematian. Ada yang berpikir bahwa upaya pencegahan dan pengobatan merupakan upaya untuk mencegah kematian.

Di sisi lain ada yang berpandangan bahwa kematian sudah takdir Allah SWT. Sehingga tidak sungguh-sungguh di dalam menjalani pengobatan dan tinggal menunggu saja takdir yang diberikan setelah mengalami kesakitan tersebut.

Begitu juga pandangan keluarga pasien. Ada yang pasrah dalam menghadapi sesuatu kematian tetapi ada yang merasa bahwa ada yang pada awalnya tidak terima jika anggota keluarganya mengalami perburukan dan mengalami kematian. Kadang kala hal ini terjadinya karena anggota keluarga yang sakit menyangkal kondisi sakit yang dihadapi keluarganya.

Almarhum Pak Sutopo, sempat mengunggah video pada hari Sabtu (15/6) meminta doa sebelum menjalani pengobatan kanker parunya di Guangzhou. Ia adalah contoh pasien yang tetap optimistis dan semangat untuk berobat walau sudah mengetahui penyakit kankernya sudah stadium 4 karena sudah menyebar ke organ lain. Dokter mungkin juga sudah menyampaikan mengenai prognosis dari penyakitnya.

Dokter memang sudah dibekali dengan ilmu prognosis yaitu memperediksi jika dilihat perjalanan penyakit dan kondisi pasien seberapa kondisi sakit pasien. Pilihan prognosis bisa baik, buruk atau ragu-ragu. Untuk penyakit kanker penentuan prognosis lebih mudah apalagi jika pasien sudah jatuh dalam kondisi sakit kanker yang lanjut atau stadium 4.

"Dokter bisa memprediksi angka kelangsungan hidup (survival rate) dalam 1 tahun atau 5 tahun. Semakin lanjut sakitnya semakin rendah harapan hidupnya," ujarnya.

Mengetahui informasi mengenai harapan hidup menjadi penting untuk diketahui oleh pasien dan keluarga pasien. Sehingga pasien dan keluarga lebih siap menghadapi kematian.

Kanker paru memang salah satu penyebab kematian terbesar pada laki-laki. Umur harapan hidup kanker paru stadium 4 sekitar 4,7 persen dan kondisi ini juga dipengaruhi oleh kondisi pasien, umur, jenis kelamin, etnis dan respons terhadap pengobatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement