REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa hari belakangan ini, polusi udara menjadi hal yang sering diperbincangkan. Isu polusi udara kian mengemuka usai situs penyedia peta polusi udara kota-kota di dunia, AirVisual, melaporkan bahwa Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Selasa (25/6) lalu.
Polusi udara menjadi momok mengerikan karena mengakibatkan penyakit yang menyerang paru-paru. Tak hanya itu, sebuah studi baru menunjukkan paparan jangka panjang dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan sindrom metabolik.
Sindrom metabolik mencakup sejumlah kondisi kesehatan yang meningkatkan risiko penyakit jantung, strok, dan diabetes. Dalam studi ini, para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan dari orang-orang yang tinggal di rumah-rumah pribadi atau bangunan apartemen di Kota Kaunas.
Kota Kaunas memiliki populasi 280 ribu orang yang merupakan kota terbesar kedua di Lithuania. Studi ini menyelidiki hubungan antara paparan jangka panjang terhadap polusi udara, seberapa jauh orang hidup dari ruang hijau dan jalan utama.
Kemudian pengembangan tekanan darah tinggi dan beberapa komponen sindrom metabolik, seperti kadar trigliserida tinggi, kolesterol HDL, kadar gula darah tinggi, serta obesitas. Para peneliti menemukan bahwa efek besarnya hanya terlihat pada orang yang tinggal di gedung apartemen.
Dikutip Healthday, berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mengimbau keluarga yang tinggal di apartemen untuk membuat ruang sebanyak mungkin bagi setiap orang di dalam satu rumah. Keluarga yang tinggal di apartemen juga disarankan menambah penyekat agar terhindar atau terisolasi dari kebisingan yang terjadi di apartemen.
"Dan mempromosikan pengembangan ruang hijau di rumah keluarga," kata penulis studi Agne Braziene yang bekerja di Institute of Cardiology di Lithuanian University of Health Sciences.