Rabu 26 Jun 2019 16:32 WIB

Sering Lupa Bisa Jadi Gejala Kerusakan Otak

Kerusakan otak yang serius ditandai dengan gangguan kerja memori

Rep: Santi Sopia/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi otak manusia.
Foto: Indianexpress.com
Ilustrasi otak manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gangguan pembuluh darah halus, khususnya saraf otak, tidak akan langsung terasa secara sporadis, tetapi perlahan-lahan. Kerusakan otak yang serius ditandai dengan gangguan kerja memori, seperti kemampuan mengingat yang menurun atau lupa.

"Gejala awalnya lupa, banyak yang sudah lupa menyebut nama orang misalnya. Itu sudah gangguan memori," kata Salim Harris seusai pengukuhannya sebagai guru

Baca Juga

besar bidang ilmu neurologi Universitas Indonesia di Jakarta, belum lama ini.

Salim mengatakan, gangguan pembuluh darah halus berkaitan dengan kerusakan otak. Dampaknya mulai dari yang ringan, seperti sering lupa, atau sampai terberat yakni demensia dan alzheimer. Efek gangguan pembuluh darah halus ini tidak serta merta dapat dirasakan pada tahap awal. Efeknya akan terasa secara perlahan.

Kerusakan ini berakibat pada gangguan memori hingga meningkatkan risiko terjadinya demensia dan strok, baik tipe sumbatan atau tipe berdarah. Gangguan pembuluh darah halus pada sistem saraf otak dalam bahasa Inggris disebut cerebral small vessel disease (CSVD).

Penelitian tim neurovaskular FKUI-RSCM membuktikan sebelum CSVD menimbulkan manifestasi klinis, telah terjadi penurunan fungsi kognitif karena kerusakan otak mikro akibat pengerasan pembuluh darah yang telah dibuktikan dengan pemeriksaan USG Doppler transkranial.

"Nah, kalau di pemerintahan kan bahaya, makanya penting deteksi dini. Apalagi, bagi penderita hipertensi yang tidak mengobatinya secara teratur," tuturnya.

Dengan deteksi dini, risiko kelanjutan gangguan pembuluh darah halus otak yang akan berdampak besar terhadap kehidupan dapat dicegah. Melalui alat-alat pencitraan otak yang canggih baik CT scan maupun MRI, tanda-tanda dari gangguan CSVD dapat ditemukan secara dini walaupun masih belum menimbulkan gejala yang dikeluhkan.

Namun, kedua pencitraan tersebut masih dianggap relatif mahal dan terbatas ketersediaannya. Maka, peneliti berusaha mengembangkan berbagai teknik skrining dan deteksi dini yang lebih mudah dijangkau.

USG Doppler transkranial memungkinkan untuk mempelajari pembuluh darah besar otak dan dapat mendeteksi dini adanya CSVD. "Saya dan tim neurovaskular FKUI- RSCM berhasil menemukan bahwa dengan menggunakan pemeriksaan sederhana, seperti trail making test A, skrining CSVD dapat dilakukan," tambah Salim.

Salim menambahkan, banyak terobosan yang telah dilakukan dalam usaha untuk mendiagnosis CSVD secara dini. Namun, semua ini tidak akan berguna jika para dokter, masyarakat, serta orang sakit tidak menggunakannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement