Rabu 26 Jun 2019 02:00 WIB

Jam Kerja Panjang Bisa Pengaruhi Risiko Strok

Jam kerja panjang dan terus-menerus dapat meningkatkan risiko strok

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Christiyaningsih
Bekerja keras (Ilustrasi)
Foto: Reuters
Bekerja keras (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerja lembur mungkin sudah menjadi santapan sehari-hari bagi banyak pekerja. Sebagian mungkin melakukan kerja lembur dengan sukarela, namun sebagian lain mungkin melakukannya karena perintah atasan.

Terlepas dari alasan apapun yang melatarbelakangi, pekerja sebaiknya lebih memperhatikan jam kerja ketika memutuskan lembur. Alasannya, jam kerja yang panjang dan berlangsung secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko strok.

Baca Juga

"Semakin lama Anda melakukannya, semakin tinggi risiko Anda terhadap strok," ungkap tim peneliti asal Prancis seperti dilansir WebMD belum lama ini.

Hubungan antara durasi kerja dan risiko strok ini terungkap melalui sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Stroke. Studi ini melibatkan sekitar 144 ribu partisipan berusia 18-69 tahun.

Berdasarkan studi ini, tim peneliti mengungkapkan bahwa pekerja long hours memiliki risiko terkena strok 29 persen lebih lama. Pekerja yang terbiasa melakukan pekerjaan long hours setidaknya selama 10 tahun akan memiliki risiko strok 45 persen lebih besar.

Long hours yang dimaksud dalam studi ini adalah waktu bekerja yang lebih panjang dari normal. Seseorang dikatakan melakukan pekerjaan long hours bila bekerja lebih dari 10 jam per hari sebanyak minimal 50 hari per tahun.

Hubungan kuat antara bekerja dalam jangka waktu yang panjang dengan risiko strok ini berlaku pada laki-laki maupun perempuan. Pengaruh jam kerja terhadap risiko strok ini lebih kuat pada laki-laki ataupun perempuan berusia di bawah 50 tahun.

Direktur Ahmanson UCLA Cardiomyopathy Center, Gregg Fonarow, mengatakan jam kerja yang panjang akan membuat pekerja lebih sedikit melakuan aktivitas fisik. Jam kerja yang panjang juga cenderung menuntut pekerja untuk duduk lebih lama dan terpapar stres yang lebih besar. "Dan gangguan pada tidur," jelas Fonarow.

Pekerja yang memiliki jam kerja panjang juga cenderung kurang memperhatikan kesehatan kardiovaskular masing-masing. Karena itu, Fonarow menilai perhatian lebih besar dibutuhkan untuk memodifikasi faktor risiko kardiovaskular pada pekerja long hours.

Fonarow meyakini bahwa sangat mungkin bagi pekerja long hours untuk menjaga kesehatan. Dengan modifikasi gaya hidup yang baik, Fonarow mengatakan pekerja long hours bisa menurunkan risiko strok maupun serangan jantung yang menghantui.

"Jaga tekanan darah yang sehat, berat badan sehat, kadar kolesterol sehat, dan lakukan aktivitas fisik yang cukup," tutur Fonarow.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement