Ahad 23 Jun 2019 13:21 WIB

Bahaya 'Microsleep', Fenomena Otak Mati Beberapa Detik

Kurang tidur menjadi penyebab microsleep.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Mengantuk di siang hari.
Foto: ist
Mengantuk di siang hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah Anda pernah merasakan kelopak mata terkulai beberapa saat selama mengerjakan aktivitas biasa, seperti saat sedang menatap layar komputer atau berkendara di jalan raya? Jika demikian, berarti Anda pernah mengalami fenomena yang dikenal sebagai 'microsleep' atau 'tidur mikro'.

Blog Discover Magazine The Crux baru-baru ini menyoroti soal pengalaman tersebut. Fenomena microsleep ini terjadi ketika bagian-bagian penting otak mati selama beberapa detik pada suatu waktu. Hal ini menandakan ketika Anda tidak cukup tidur, Anda tentunya juga tidak terjaga dengan baik.

Baca Juga

"Rasanya seperti menjadi zombie untuk beberapa momen singkat. Dan biasanya, orang tidak menyadari itu terjadi pada mereka," kata Megan Schmidt untuk blog tersebut, seperti dilansir di Science Alert, Ahad (23/6).

Fenomena tersebut bisa terjadi pada siapa saja. Namun, orang yang kurang tidur secara konsisten paling berisiko mengalami microsleep.

Karena itu, ahli saraf dan pakar tidur Matthew Walker mengingatkan bahaya melewatkan waktu tidur. Sebelumnya, kepada Business Insider ia mengatakan semakin pendek tidur Anda, semakin pendek hidup Anda.

Menurut AAA Foundation for Traffic Safety, sebuah organisasi keselamatan dan penelitian lalu lintas, sekitar 16,5 persen kecelakaan mobil yang fatal di Amerika Serikat disebabkan microsleep.

Discover Magazine melaporkan, salah satu bencana terbesar yang melibatkan microsleep adalah kecelakaan Air France Flight 447 2009 yang mengakibatkan 228 kematian. Begitu para penyelidik mendengarkan rekaman dari pesawat, mereka mendapati sang kapten mengeluh dia hanya tidur selama satu jam.

Kurang tidur memang dinilai berbahaya. Bahkan, Walker menyebutkan kehilangan satu jam tidur pun bisa berbahaya. Ia mengungkapkan adanya percobaan global yang dilakukan pada 1,6 miliar orang dua kali setahun, yang disebut menghemat waktu siang hari.

"Dan kita tahu di musim semi, ketika kita kehilangan satu jam tidur, kita melihat peningkatan 24 persen serangan jantung pada hari berikutnya," kata Walker.

Dalam percobaan pada 2012 itu, mereka diminta bermain gim komputer selama 50 menit. Mereka bermain mengikuti titik di layar menggunakan joystick. Selama waktu itu, para peneliti memantau pergerakan mata dan aktivitas otak dan mencari tanda-tanda kantuk.

Menurut laporan itu, para subjek mengalami rata-rata 79 episode microsleep dengan beberapa episode berlangsung enam detik penuh. Penelitian itu menemukan selama tidur mikro, bagian-bagian tertentu dari otak mencoba mengembalikan respons pada bagian yang mati. Hal demikian dikatakan mungkin memicu sentakan tak terduga yang tiba-tiba Anda rasakan ketika kepala anda mulai menurun ke bawah.

Bagaimana cara mencegah microsleep? Sebuah studi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kecelakaan dan Keamanan Jalan di Australia pada 2012 menemukan pengemudi yang mengantuk kemudian menepi saat tanda-tanda awal kantuk muncul memberikan perbedaan besar.

Pengemudi yang lelah yang tidak menepi saat mulai mengantuk itu 15 kali lebih mungkin mengalami kecelakaan. Peneliti utama studi tersebut, Chris Watling, mengingatkan tentang pentingnya menepi saat mulai mengantuk di tengah perjalanan.

"Yang paling penting adalah jika Anda merasakan tanda-tanda kantuk, sebaiknya segera berhenti. Berusaha melaju terus bukanlah ide yang baik," kata Watling, dalam sebuah laporan oleh Queensland University of Technology.

Sementara itu, beberapa produk dirancang untuk mengatasi kantuk saat mengemudi sehingga pengemudi bisa kembali ke kesadaran. Akan tetapi, produk tersebut tidak banyak berada di pasaran.

Salah satu produk tersebut ialah gelang yang disebut Steer. Alat ini digunakan untuk memantau denyut nadi dan mengirimkan sengatan listrik kapan pun Anda merasa tertidur.

Sebuah alat memang bisa saja menjadi alternatif mencegah bahaya microsleep. Namun, bagaimanapun, Watling menyebut solusi terbaik mencegah fenomena demikian adalah mendapatkan jumlah tidur yang cukup.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement