REPUBLIKA.CO.ID, TANAH DATAR -- Tiga tahun lalu predikat sebagai salah satu desa terindah di dunia disematkan untuk Nagari Tuo Pariangan oleh media ternama asal New York, Travel Budget. Berkat predikat itu pula, nagari di Tanah Datar, Sumatra Barat ini pun sejajar dengan desa-desa menawan di dunia seperti Desa Wengen di Swiss, Desa Eze, Prancis, Niagara on The Lake di Kanada, serta Desa Cesky Krumlov, Republik Ceko.
Kini, Nagari Tuo Pariangan seolah bertransformasi. Sekarang, makin banyak saja turis lokal datang ke Nagari Tuo Pariangan. Bahkan, jalanan yang melintasi nagari ini selalu masuk ke dalam rute untuk ajang tahunan balap sepeda alam Tour The Singkarak.
Isra (50 tahun), salah seorang warga di Nagari Tuo Pariangan mengatakan, sebelum desanya terkenal oleh pemberitaan Travel Budget, orang-orang yang datang ke sana hanya yang ingin mandi di kolam air panas. Itu pun hanya pengunjung dari daerah sekitar. "Dulu di sini tidak terlalu ramai. Sejak tiga tahun terakhir, sejak masuk berita Amerika, barulah orang selalu ramai datang ke sini," kata Isra.
Isra menyebut, masyarakat di Nagari Tuo ini pun sekarang terbuka dengan kehadiran wisatawan. Jadi, mereka sudah tidak terusik dengan orang-orang asing yang berlalu lalang untuk melihat-lihat, bertanya-tanya bahkan untuk sekadar merekam foto atau video apa saja yang ada di Nagari Tuo ini. Mereka akan menyambut dengan senyuman ramah kepada setiap pelancong. Bahkan, warga setempat tidak pelit informasi ketika wisatawan itu hendak menanyakan sesuatu.
Desa Terindah. Nagari Tuo Pariangan di Kabupaten Tanah Datar, Sumbar yang dinobatkan sebagai Desa Terindah di dunia oleh Media wisata ternama dari Amerika Serikat Travel Budget
Mutradefi (43), warga Nagari Tuo yang lain, turut menilai ada berkah di balik transformasi Nagari Tuo menjadi destinasi wisata. Ini karena membuat perekonomian masyarakat setempat jadi lebih hidup. Banyak masyarakat meraup keuntungan dengan menjual berbagai macam produk kepada para wisatawan.
Seperti wajah Masjid al-Ishlah yang sekarang terlihat berbeda. Masjid al-Ishlah sendiri menyimpan cerita sejarahnya. Inilah masjid pertama yang berdiri di Ranah Minang. Berlokasi di Pariangan, Tanah Datar, Sumatra Barat, masjid yang juga disebut dengan Masjid Tuo ini menandai masuknya Islam ke Ranah Minang.
Saat ini pekarangan Masjid alIshlah diramaikan dengan beberapa kios yang menyediakan aneka jajanan khas. Misalnya kios sate padang, lontong sayur, dan aneka makanan kecil khas Sumbar. Kios-kios ini banyak berdiri sejak tiga tahun terakhir atau sejak wisatawan yang datang ke sana mulai ramai.
Isra yang juga punya kios di sisi kanan Masjid Ishlah merasakan betul kenaikan omzet sejak Nagari Tuo Pariangan ini menjadi destinasi wisata. Ia bisa meraup omzet ratusan ribu per hari dari kiosnya yang tidak terlalu besar itu. "Alhamdulillah sekarang ramai. Lumayan untuk pendapatan dari kios," ujar Isra.
Dari Kota Batusangkar menuju Nagari Tuo Pariangan hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Begitu tiba, bangunan Masjid Tuo ini memang langsung menarik perhatian. Dengan warna oranye kecokelatan yang mendominasi bangunan masjid serta bentuknya yang khas, jadilah Masjid Tuo ini objek utama yang mengundang minat wisatawan.
Desa Terindah. Nagari Tuo Pariangan di Kabupaten Tanah Datar, Sumbar yang dinobatkan sebagai Desa Terindah di dunia oleh Media wisata ternama dari Amerika Serikat Travel Budget
Untuk mencapai halaman masjid, kita harus menuruni ratusan anak tangga. Seiring dengan langkah kaki, suara gemericik air sungai pun terdengar. Air sungai yang jernih tersebut mengalir tidak jauh dari depan masjid ini.
Aliran yang langsung datang dari Gunung Marapi. Uniknya, di samping anak tangga menuju ke halaman masjid juga mengalir air jernih yang lain. Rupanya, ini adalah saluran air panas. Maklum saja, di Nagari Tuo Pariangan ini terdapat kolam pemandian air panas yang dibuka untuk umum. Air panas ini juga berasal dari Gunung Marapi.
Di sisi lain masjid, tampak masyarakat beraktivitas seperti biasa. Ada sejumlah ibu yang hendak mencuci ke luak (tempat pencucian umum), ada pula yang memilih asyik bercengkerama di beranda rumah. Tampak pula ibu-ibu yang sibuk membersih kan kebun pisang tak jauh dari belakang masjid.
Ketika seluruh masyarakat penghuni Nagari Tuo Pariangan beragama Islam, tidaklah mengherankan bila akhirnya poros kehidupan masyarakat pun terpusat di Masjid al-Ishlah. Apalagi, segala sumber air berada tidak jauh dari masjid ini. "Jadi, area masjid ramai karena ibu-ibu rumah tangga mencuci di luak khusus perempuan, sedangkan luak buat laki-laki sering dipakai sore hari ketika orang-orang pulang dari sawah dan kebun mencuci kaki dan langsung bersiap shalat berjamaah di masjid,'' ujar Mutradefi.
Maka, rasa damai tidak hanya datang dari alam yang menawan. Rasa yang sama juga datang dari hati dan pikiran yang tenang.