REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membintangi Ghost Writer mengubah pandangan aktris Tatjana Saphira terhadap film horor. Selama ini, dia menghindari genre tersebut karena takut menghadapi hal-hal dengan visual mengerikan.
"Ternyata syuting film horor sama saja seperti syuting film apapun. Kalaupun ada yang harus aku takutkan, misalnya kejadian mistis, syuting film biasa pun kalau lokasinya menyeramkan ya sama juga," ungkap Tatjana.
Perempuan 22 tahun itu mendapat banyak pengalaman seru selama proses pembacaan naskah dan syuting. Dia merasa menjadi manusia 'nokturnal' karena mayoritas pengambilan gambar berlangsung pada siang hingga malam menuju pagi.
Ada pula kejadian menegangkan pada saat pengambilan gambar salah satu adegan. Beberapa kali saat butuh keheningan saat syuting, terdengar suara batuk atau ngorok dari lantai atas. Setelah dicek, rupanya tidak ada siapapun di sana.
Meski sempat berdebar, Tatjana merasa tenang karena ada banyak kru dan pemain lain di lokasi. Dia yang semula takut dengan riasan dua tokoh hantu, Galih (Ge Pamungkas) dan Bening (Asmara Abigail), lama-lama merasa terbiasa.
Dalam film, Tatjana berperan sebagai Naya. Penulis novel itu menemukan buku harian tua di rumah kontrakan yang dia tinggali bersama adiknya. Ternyata, buku harian tersebut milik hantu bernama Galih. Naya dan Galih lantas bekerja sama menulis novel.
Menurut Tatjana, premis film sangat menarik. Istilah ghost writer alias penulis bayangan dimaknai secara harfiah sebagai penulis hantu. Film yang mengombinasikan genre drama, horor, dan komedi juga menjadi daya tarik tersendiri.
Dia menyampaikan, film arahan sutradara Bene Dion Rajagukguk itu memiliki cerita ringan yang dekat dengan banyak orang. Gabungan genre film saling mendukung satu sama lain tanpa tumpang tindih sehingga menyenangkan disimak.
"Ke depan kalau misalnya ada tawaran horor cukup confident, menjadi tantangan untuk aku sebagai seorang aktris. Banyak faktor yang menentukan film sukses atau enggak, yang penting happy berkarya," ujar Tatjana.