REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Intensitas penggunaan media sosial (medsos) seperti Facebook ternyata berkaitan dengan tingkatan stres seseorang. Hal ini dikonfirmasi oleh sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Psychiatry Research.
Dilansir oleh Times Now News belum lama ini, studi dilakukan lewat survei daring yang melibatkan 309 pengguna Facebook. Mereka yang disurvei punya rentang usia 18 hingga 56 tahun. Ketua tim peneliti Julia Brailovskaia mengatakan pengguna yang sedang tertekan berisiko mengalami ketergantungan patologis pada situs media sosial.
Artinya, Facebook dapat bertindak sebagai sumber kenyamanan bagi mereka yang tengah berada dalam periode stres. "Kami juga secara khusus mengundang siswa untuk berpartisipasi dalam survei karena mereka sering mengalami tingkat stres yang tinggi karena sejumlah alasan," kata Julia.
Sejumlah tekanan yang ia maksud di antaranya adalah karena siswa sering mendapat tekanan untuk berhasil. Selain itu, banyak yang meninggalkan rumah, harus menjalankan rumah tangga untuk pertama kalinya, atau sibuk membangun hubungan baru.
Dalam survei itu, pertanyaan para peneliti membantu menyimpulkan tingkatan stres, serta menggali berapa banyak dukungan sosial yang diterima peserta secara luring dan daring. Para pengguna juga ditanya berapa banyak waktu yang mereka habiskan di Facebook setiap hari dan bagaimana perasaan mereka jika mereka tidak bisa mengaksesnya.
Temuan dalam survei itu menggambarkan semakin tinggi tingkat stres, semakin dalam pula keterlibatan dengan Facebook. Akan tetapi penelitian itu juga menyimpulkan bahwa efek ini berkurang jika pengguna menerima dukungan oleh keluarga dan teman di kehidupan nyata.
"Temuan kami menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara tingkat stres harian, intensitas penggunaan Facebook, dan kecenderungan untuk mengembangkan kecanduan patologis ke situs jejaring sosial," ucap Julia.