Jumat 24 May 2019 22:41 WIB

Regangkan Leher Bisa Tingkatkan Risiko Kena Strok

Meregangkan leher hingga menyebabkan strok adalah kasus yang jarang

Rep: Santi Sopia/ Red: Christiyaningsih
Meregangkan leher (ilustrasi)
Foto: getholistichealth.com
Meregangkan leher (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Josh Hader, seorang pria berusia 28 tahun dari Oklahoma, baru-baru ini membagikan informasi terkait penyebab dirinya yang terkena strok. Informasi yang ia bagi itu pun menjadi viral karena strok yang alami hanya akibat meregangkan leher.

Hader memang sudah pulih dengan cepat. Dia mulai bisa beraktivitas kembali secara normal. Akan tetapi cerita yang ia bagikan terus meluas sehingga membangun kesadaran tentang bagaimana aktivitas meregangkan leher ternyata bisa benar-benar berbahaya.

Baca Juga

Hader bukan pasien pertama yang berhubungan dengan strok dan leher retak. Menurut laman Medical Daily, telah ada beberapa pasien mengalami robekan pembuluh darah setelah meregangkan leher.

Menurut Doojin Kim selaku Direktur co-medis Program Strok di Pusat Medis UCLA Santa Monica California, meregangkan leher hingga menyebabkan strok adalah kasus yang jarang. Diperlukan kekuatan atau gerakan yang kuat sehingga bisa merobek pembuluh darah. Kondisi tersebut bisa juga terjadi karena faktor genetik yang membuat pembuluh darah lebih rapuh.

"Arteri vertebralis berjalan ke tulang-tulang tulang belakang leher, berpotensi dapat memblokir arteri itu ketika meregangkan leher Anda," kata Steven Messe, associate professor neurology di University of Pennsylvania Perelman School of Medicine.

Messe dan pakar kesehatan lainnya menyarankan agar orang menghindari peregangan atau gerakan semacam mematah-matah leher. Keith Overland dari chiropractic di Norwalk mengatakan kebiasaan meregangkan leher memang bisa membuat leher terlalu tegang dan meningkatkan risiko terkena strok.

Terapi manipulatif serviks (CMT) adalah pilihan lain untuk meregangkan leher. Terapi ini biasanya disediakan oleh ahli tulang, ahli osteopati, dan terapis fisik.

Akan tetapi American Heart Association-American Stroke Association memperingatkan CMT juga dapat menyebabkan diseksi serviks, robekan pada arteri yang dapat menyebabkan gumpalan darah dan strok. Sementara itu, rumah sakit merekomendasikan agar penyedia layanan kesehatan memberi tahu pasien tentang risiko sebelum menjalani terapi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement