Jumat 17 May 2019 20:43 WIB

Benarkah Caregiver Rentan Terjerat Masalah Kesehatan?

Merawat orang yang sakit disebut-sebut berisiko membuat kesehatan merosot.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
 Seorang ayah merawat anaknya yang terkena virus Demam Berdarah Dengue (DBD) di ruangan teratai yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/3).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Seorang ayah merawat anaknya yang terkena virus Demam Berdarah Dengue (DBD) di ruangan teratai yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama puluhan tahun, orang yang merawat orang sakit dikatakan berisiko untuk mengalami penurunan kesehatan. Stres saat merawat orang yang sakit dinilai dapat meningkatkan inflamasi dan melemahkan sistem imun caregiver. Benarkah?

Caregiver adalah sebutan untuk orang yang merawat dan menjaga orang sakit. Mereka menyuapi, memandikan, hingga memberi perhatian lebih kepada orang yang sakit. Biasanya, caregiver adalah anggota keluarga dari seseorang yang sedang sakit.

Menjadi seorang caregiver memang memiliki tantangan tersendiri. Namun, klaim bahwa caregiver sangat berisiko terhadap penurunan masalah kesehatan nampaknya terlalu berlebihan.

Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh tim penelti dari Johns Hopkins University, di Baltimore. Studi yang dimuat dalam jurnal The Gerontologist ini melakukan ulasan terhadap 30 paper yang diterbitkan antara 1987 hingga 2016.

Dari studi ini, tim peneliti menyimpulkan bahwa persentase stres mempengarhui sistem imun dan biomarker inflamasi caregiver hanya kurang dari satu persen. Temuan ini membantah anggapan berlebih bahwa menjadi seorang caregiver sangat penuh tekanan dan stres hingga dapat menurunkan kesehatan dan meningkatkan kematian.

"Kami tidak mengatakan bahwa mengasuh keluarga (yang sakit) tidak bisa stres, tapi ada anggapan bahwa menjadi caregiver sangat penuh tekanan dan dapat menurunkan kesehatan serta meningkatkan kematian," jelas salah satu peneliti dari Center on Aging and Health di Johns Hopkins University David Roth, seperti dilansir Health 24.

Anggapan berlebih ini dikhawatirkan dapat memunculkan ketakutan pada seseorang untuk merawat anggota keluarga mereka yang sakit. Ketakutan ini dapat berujung pada keengganan seseorang untuk memberi perhatian dan perawatan kepada anggota keluarga mereka yang sakit.

"Ini dapat berujung pada ketakutan untuk mengasuh dan keengganan untuk memberi perhatian kepada orang-orang tercinta yang sedang membutuhkan," jawab Roth.

Roth mengatakan stres saat memberi pengasuhan bagi anggota keluarga yang sakit memang dapat mmeberi dampak. Akan tetapi, dampak stres yang ditimbulkan tidak sebesar anggapan orang-orang selama ini.

Melalui temuan ini, Roth berharap orang-orang menjadi lebih terbuka untuk memberi pengasuhan bagi anggota keluarga yang sakit. Temuan ini juga diharapkan dapat mengubah anggapan bahwa caregiver merupakan orang yang sangat rentan terhadap masalah kesehatan.

"Menjadi caregiver, bila dilakuakn dengan benar, dapat menjadi sebuah aktivitas sehat dan menguntungkan yang dapat meningkatkan kehidupan Anda karena Anda terlibat dalam perilaku pro sosial," jelas Roth.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement