REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Keluarga dengan tingkat sosial ekonomi lebih tinggi atau lebih kaya lebih berisiko terpapar kontaminan kimia. Penelitian baru Eropa telah mempelajari tingkat paparan 41 kontaminan lingkungan dari 1.300 wanita hamil dan anak-anak mereka dalam kaitannya dengan posisi sosial ekonomi mereka.
Penelitian dilakukan oleh Institut Kesehatan Global Barcelona (ISGlobal). Penelitian ini merupakan bagian dari proyek Helix dan dilakukan dengan menggunakan kelompok kelahiran dari enam negara Eropa (Spanyol, Perancis, Yunani, Lithuania, Norwegia, dan Inggris).
Para peneliti mengambil sampel urin dan darah dari wanita hamil dan anak-anak mereka menentukan konsentrasi rata-rata biomarker dari kontaminan kimia. Peserta juga mengisi kuesioner tentang tingkat pendidikan, pekerjaan, dan kemakmuran keluarga mereka.
Temuan yang dipublikasikan dalam International Journal of Hygiene dan Environmental Health menunjukkan dibandingkan dengan mereka yang tingkat sosial ekonomi rendah, wanita hamil dengan latar belakang sosial ekonomi yang lebih tinggi memiliki risiko lebih tinggi terpapar beberapa komponen kimia. Antara lain berbagai zat per dan polyfluoroalkyl (PFAS), merkuri, arsenik, beberapa fenol dan pestisida.
Anak-anak dari keluarga dengan posisi sosial ekonomi jauh lebih tinggi juga berisiko lebih tinggi terpapar senyawa organoklorin, zat per dan polyfluoroalkyl, merkuri, arsenik dan bisphenol A. Risiko terpapar yang lebih tinggi hanya ditemukan pada kasus cadmium pada wanita hamil dan timbal, dan metabolit phthalate pada anak-anak.
Menurut Parisa Montazeri, penulis utama publikasi, penjelasan yang mungkin untuk perbedaan konsentrasi polutan antar kelompok sosial ekonomi karena adanya perbedaan dalam diet, merokok, dan penggunaan produk konsumen seperti kosmetik. Misalnya, merokok tembakau menjelaskan bagian dari konsentrasi kadmium yang lebih tinggi yang diamati pada wanita dengan tingkat sosial ekonomi lebih rendah.
“Dalam studi masa depan, penting untuk menganalisa efek pada kesehatan kontaminan lingkungan dengan mempertimbangkan peran posisi sosial ekonomi,” kata peneliti ISGlobal dan koordinator penelitian, Martine Vrijheid dikutip dari Malay Mail.