Senin 06 May 2019 18:22 WIB

Alasan Mengapa Berbuka Harus dengan Makanan Lembut

Berbuka dengan makanan lembut bertujuan agar pencernaan tidak stres

Rep: Santi Sopia/ Red: Christiyaningsih
Warga membeli makanan untuk berbuka puasa di Pasar Takjil Benhil, Jakarta, Senin (6/5).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga membeli makanan untuk berbuka puasa di Pasar Takjil Benhil, Jakarta, Senin (6/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puasa adalah momen di mana orang tidak makan dan minum di waktu tertentu untuk melakukan ibadah sekaligus menjaga pola hidup sehat. Berpuasa artinya harus bisa mengatur pola konsumsi baik saat sahur, berbuka, dan saat malam hari. Ahli gizi Hardinsyah menyarankan berbuka dengan makanan manis dan lembut supaya organ pencernaan tidak stres dan menimbulkan inflamasi.

Namun, sering kali saat berbuka puasa kita merasa sangat lapar hingga akhirnya mengonsumsi makanan dengan porsi yang berlebihan, termasuk memakan makanan yang bisa membuat tubuh kaget. Saat berpuasa, organ tubuh mengalami masa semi istirahat. Organ yang sedang semi istirahat jangan langsung dipaksa bekerja.

Baca Juga

"Itu prinsip utama. Jadi supaya tidak dipaksa bekerja jadi harus makanan lembut. Coba kalau yang pedas, pasti sakit," ujar pria yang menjabat sebagai Ketua PERGIZI Pangan Indonesia ini.

Jika membuat organ kaget, yang terjadi adalah pencernaan bisa terganggu. Hardinsyah menejelaskan berpuasa sebenarnya seperti bagian asuransi dari Tuhan karena menyehatkan dan membuang toksik tubuh.

Untuk menjaga kesehatan organ, perhatikan cara dan asupan saat sahur maupun berbuka. Saat waktunya berbuka, sebaiknya mengonsumsi makanan dengan jumlah minimal terlebih dulu. Beri jeda beberapa menit, baru kemudian misalnya setelah shalat Magrib boleh makan makanan berat. Lalu jika ingin makan lagi, perlu diberi jeda kembali.

Hindari makanan yang serba terlalu misalnya terlalu terlalu asin, manis, atau asam. Ia mencontohkan makanan manis dan lembut yang baik disantap antara lain kurma dan pepaya.

Jika kelebihan makan, maka gula bisa meningkat tiba-tiba. "Sedangkan efek jangka panjangnya insulin dipacu meningkat, masalah lambung hingga berdampak pada tekanan darah dan lainnya. Saat 10 hari minimal dijaga dengan tata cara yang paling benar, jangan makan terlalu tadi," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement