Sabtu 04 May 2019 04:00 WIB

Pedoman Baru WHO Sebut Balita Butuh Banyak Bermain

WHO keluarkan pedoman pengasuhan terbaru yang menyebut balita butuh banyak main.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Bayi perlu lebih banyak bermain dan sedikit duduk, menurut pedoman pengasuhan terbaru WHO.
Foto: Republika/ Wihdan
Bayi perlu lebih banyak bermain dan sedikit duduk, menurut pedoman pengasuhan terbaru WHO.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pedoman baru tentang aktivitas fisik dan kebiasaan tidur balita alias anak di bawah lima tahun. Menurut WHO, balita butuh lebih banyak bermain dan sedikit duduk.

Tidak sedikit orang tua di era modern yang membiasakan balita menghabiskan banyak waktu menonton televisi atau terpaku pada layar gawai. Sebagian juga menahan balitanya di kereta bayi atau kursi khusus, membuat mereka tidak banyak bergerak.

Padahal, balita yang aktif bermain dan bergerak akan memiliki kualitas tidur yang lebih baik. Peningkatan aktivitas fisik dan kualitas tidur yang baik pada balita akan meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan mereka.

"Hal itu membantu mencegah obesitas di masa kecil dan penyakit terkait di kemudian hari," kata manajer program untuk pengawasan dan populasi- pencegahan berbasis penyakit tidak menular WHO Fiona Bull, dikutip dari laman Times of Oman.

Saat ini, lebih dari 23 persen orang dewasa dan 80 persen remaja tidak cukup aktif secara fisik. Kurangnya aktivitas fisik menjadi penyebab sekitar lima juta kematian secara global per tahun di semua kelompok umur.

Aktivitas fisik yang sehat dan kebiasaan tidur yang baik perlu ditetapkan sejak awal kehidupan supaya menjadi kebiasaan berkelanjutan. Orang tua dan anggota keluarga lain sangat berperan dalam mewujudkan ini pada balita.

Perwakilan WHO yang bergerak dalam pencegahan obesitas dan mendorong aktivitas fisik anak, Juana Willumsen, membagikan kiat terkait hal tersebut. Kuncinya adalah merencanakan dengan cermat pola aktivitas anak selama 24 jam.

Orang tua harus proaktif mengganti waktu layar anak menjadi waktu bermain yang lebih aktif. Misalnya, dengan kegiatan interaktif non-layar seperti mendengarkan cerita, bernyanyi, atau bermain dengan teman dan pengasuh.

"Apa yang benar-benar perlu kita lakukan adalah mengembalikan waktu bermain yang sesungguhnya untuk anak, membuat perubahan dari waktu tidak aktif menjadi waktu aktif, sekaligus menjaga waktu tidurnya," kata Willumsen.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement