Ahad 05 May 2019 12:42 WIB

Selain USG, Tes Ini Juga Penting Loh, Mom

Tes TORCH untuk mendeteksi apakah ibu terjangkit penyakit yang berisiko menular.

Rep: cermati/ Red:
Ilustrasi ibu hamil.
Foto: Photo by freestocks from Pexels
Ilustrasi ibu hamil.

Bagi para orang tua, kehamilan tentu menjadi momen yang membahagiakan. Agar ibu dan janin dapat menjalani prosesnya dengan baik, tes seperti USG dan konsultasi kehamilan tentunya menjadi hal yang penting.

Tes ultrasonografi atau lebih sering dikenal dengan singkatan USG merupakan tes yang paling umum dilakukan oleh ibu hamil. Tes USG memanfaatkan gelombang berfrekuensi tinggi untuk mendapatkan gambar mengenai kondisi janin dalam kandungan.

Umumnya tes USG ini pertama kali dilakukan saat kehamilan berusia 6 hingga 8 minggu. Namun, kemungkinan hasilnya belum begitu jelas. Ketika kehamilan memasuki usia 13 minggu, hasil yang didapatkan bisa lebih jelas.

Tes USG juga penting dilakukan sebelum ibu melahirkan, untuk mengetahui volume air ketuban, berat badan bayi, dan juga fisiknya. Selain itu, tes USG juga dilakukan untuk mengetahui posisi bayi, karena penting untuk menentukan apakah ibu bisa melahirkan secara normal atau harus melalui operasi.

Namun, ternyata ada beberapa tes lain selain USG yang sebenarnya perlu dan penting dilakukan oleh ibu hamil, loh. Berikut kami berikan beberapa informasinya:

 

1. Tes Darah 

Tes darah penting dilakukan untuk mengetahui apakah kondisi kesehatan ibu sedang dalam keadaan sehat atau bermasalah. Melalui tes darah, adanya kemungkinan masalah untuk kehamilan dapat diketahui lebih awal, sehingga bisa segera dilakukan tindakan penanganan, agar keadaan janin dan ibu tidak semakin buruk.

Tes darah memiliki beberapa tujuan. Pastinya, melalui tes darah ibu bisa mengetahui kadar hemoglobin dan sel-sel darahnya dalam angka yang normal atau tidak.

Selain itu, tes darah berfungsi untuk mengetahui golongan darah dan resusnya. Apabila resus ibu berbeda dengan janinnya, maka perlu suntikan immunoglobulin yang bertujuan mencegah terbentuknya antobodi yang berpotensi menimbulkan masalah untuk darah janin.

Kadar gula darah dalam ibu juga perlu untuk diketahui, terutama bagi ibu yang pernah mengidap diabetes gestasional. Jika terdeteksi memiliki kadar gula darah yang tinggi, tentunya ibu memerlukan obat hingga hormon insulin untuk menormalkan kadar gula darah, dan panduan untuk menjaga pola makan.

Baca Juga: Cara Gunakan Kartu BPJS Kesehatan untuk Melahirkan

2. Tes TORCH

TORCH adalah singkatan dari Toksoplasmosis, other diseases (penyakit-penyakit lain), Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan herpes kompleks. Tes TORCH dilakukan untuk mendeteksi apakah ibu terjangkit penyakit yang berisiko menular pada janin atau tidak.

Toksoplasmosis disebabkan oleh T. Gondii, yaitu parasit yang umumnya ditemukan di kotoran kucing, telur yang masih mentah, dan daging yang dimasak tidak sampai matang. Parasit ini dapat masuk ke tubuh jika tidak membiasakan hidup bersih, seperti tidak cuci makan sebelum makan atau setelah bermain dengan kucing.

Other diseases, yang jika diterjemahkan berarti “penyakit-penyakit lain” mencakup penyakit-penyakit yang berpotensi besar untuk menular seperti Hepatitis B, sifilis, cacar, dan HIV.

Rubella atau campak Jerman dapat menyebabkan janin mengalami kecacatan, masalah pendengaran, masalah penglihatan, pertumbuhan yang lambat, hingga yang terburuk yaitu janin bisa gugur dalam kandungan atau bisa dilahirkan tetapi dalam keadaan mati.

Biasanya, orang dewasa yang terjangkit virus Cytomegalovirus tidak terlihat tanda-tandanya. Namun, jika virus tersebut sampai menginfeksi janin, maka bisa beresiko mengalami gangguan pendengaran, cacat mental, dan epilepsi.

Ibu yang terjangkit herpes kompleks beresiko besar menularkan virus pada bayinya baik saat masih beda di dalam kandungan maupun saat proses bersalin. Virus herpes berpotensi merusak otak, saluran pernapasan, dan masalah serius lainnya.

3. Non-Invasive Prenatal Test (NIPT)

Tes ini dilakukan saat kandungan berusia kira-kira 10 minggu, dengan mengambil sampel darah ibu yang mengandung DNA bayi. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah janin berpotensi memiliki atau tidak. NIPT cukup efektif untuk mendeteksi kelainan Down Syndrome, Edward Syndrome, dan Patau Syndrome.

NIPT memerlukan waktu kurang lebih 14 hari untuk mengetahui hasilnya, yang dapat ditunjukan dengan indikator “positif” atau “negatif”. Namun, meski hasilnya cukup akurat, tes ini hanya untuk mendeteksi, bukan untuk diagnosis, sehingga tes ini hanya untuk menginformasikan hasilnya pada orang tua janin mengenai kemungkinan janin untuk mengidap penyakit, dan tindakan selanjutnya tergantung pada orang tua si bayi.

Secara global, tes USG, tes darah, tes TORCH, dan NIPT bertujuan untuk memastikan ibu dan janin tetap berada pada keadaan sehat, atau untuk mendeteksi adanya masalah kandungan, sehingga segera dapat dilakukan penanganan dan tindakan-tindakan preventif agar tidak semakin memperburuk kondisi ibu dan janin.

Baca Juga: 3 Tempat Melahirkan yang Nyaman dan Tepat

Perhatikan Kesehatan Anak dengan Menyeluruh

Anak merupakan pemberian Tuhan yang sangat berharga. Sebagai orang tua, tentunya harus mampu menjaga sang anak mulai dari masih berada dalam kandungan, lahir, hingga tumbuh besar. Jadi, agar anak bisa tumbuh dan berkembang dengan normal, pastikan agar anak mendapatkan perhatian sejak dalam kandungan dengan menjalani tes-tes untuk kehamilan, dan jalankan pola hidup yang sehat.

Baca Juga: Mengenal Tiga Jenis Anggaran untuk Persiapan Persalinan

 

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Cermati.com. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Cermati.com.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement