Senin 29 Apr 2019 11:54 WIB

Kawasaki, Ada Obatnya Tapi Mahal

Penderita kawasaki harus menebus obat imunoglobulin seharga Rp 1,5 juta per gram.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Penyakit Kawasaki. Dari 100 anak yang terkena kawasaki, 40 persen dapat sembuh dengan sendirinya.
Foto: Pexels
Penyakit Kawasaki. Dari 100 anak yang terkena kawasaki, 40 persen dapat sembuh dengan sendirinya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit kawasaki hingga saat ini memang belum diketahui pasti apa penyebabnya. Upaya penyembuhannya namun bisa dilakukan dengan proses yang cepat, meski berbiaya sangat mahal.

DR dr Najib Advani, SpA (K), M Med (Paed) menjelaskan, ketika anak terserang penyakit kawasaki, maka pengobatan perlu dilakukan secara secepat mungkin. Pilihan pengobatan yang bisa diberikan berupa imunoglobulin atau protein yang disekresikan produk dari sel plasma.

Baca Juga

Perjalanan pemberian obat ini pun, menurut Dr Najib, penuh liku karena penyakit kawasaki tidak diketahui penyebabnya. Ketika Tomisaku Kawasaki pertama kali menemukan penyakit tersebut tahun 1967, pengobatannya yang tepat tidak langsung ditemukan. Baru pada tahun 1980-an, seorang dokter di Jepang mencoba memberi imunoglobulin pada pasien dan ternyata kondisinya berangsur pulih.

"Memang pengobatan awalnya coba-coba, ternyata bisa menyembuhkan dan akhirnya imunoglobulin ini digunakan untuk penyakit kawasaki," ujar ahli penyakit kawasaki ini.

Imunoglobulin ini merupakan obat untuk berbagai penyakit, sehingga untuk penyakit kawasaki saat ini belum memiliki obat yang spesifik. Dengan memanfaatkan imunoglobulin ini, kondisi anak akan berangsur pulih dan gejala-gejala yang timbul akan menghilang.

Meski hanya mendapatkan satu kali pengobatan saja, ternyata harga imunoglobulin masih sangat mahal. Untuk satu gram imunoglobulin seharga Rp 1,5 juta rupiah, dah pemberian imunoglobulin untuk anak dengan penyakit kawasaki diperlukan dua gram per kilogram berat badan.

"Kalau rata-rata berat badan anak 30 kilogram, maka imunoglobulin yang diperlukan itu dikali dua, dan tinggal jumlahkan dengan harganya," ujar dokter di OMNI Hospital Alam Sutera ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement