REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat, Atalia Prayatya Kamil, prihatin dengan kasus stunting yang cukup tinggi di provinsi ini. Salah satunya, terjadi di Kabupaten Purwakarta. Bahkan, wilayah yang terkenal dengan air mancur menari Taman Sri Baduganya ini merupakan 10 besar daerah dengan kasus stunting tertinggi di Jabar.
"Data stunting di Purwakarta masih cukup tinggi," ujar Atalia, Jumat (26/4). Atalia menyebut Purwakarta termasuk dalam 10 besar daerah terparah kasus stunting. Bahkan selama 2018 ada enam ribu kasus stunting di wilayah ini.
Menurutnya, tingginya kasus stunting mengindikasikan sosialisasi ke masyarakat belum optimal. Apalagi, masih banyak warga yang enggan memeriksakan kehamilan, bayi, maupun balitanya ke posyandu. "Setelah saya cek, ternyata baru 50 persen saja warga yang rajin ke posyandu," ujar Atalia.
Atalia mendorong masyarakat untuk rajin berkonsultasi ke posyandu baik soal kehamilan maupun tumbuh kembang anak. Sebab, banyak warga yang memahami jika stunting hanya terjadi karena kekurangan gizi setelah kelahiran sang bayi.
"Padahal, stunting bisa terjadi akibat kekurangan gizi saat kehamilan atau saat sang bayi belum lahir," ujarnya.
Selain itu, ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua yaitu soal gizi untuk keluarga serta sanitasi yang baik. Misalkan, bagaimana mengajarkan anak mencuci tangan dengan sabun yang benar serta menggunakan jamban yang sehat.
Diberitakan sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta mencatat ada 6.192 anak stunting di wilayah ini. Anak yang stunting tersebar di 17 kecamatan. Setelah ditelusuri, penyebab utamanya karena kurangnya asupan gizi ketika anak tersebut masih berbentuk janin.
Kasi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta Ine Hermina mengatakan kasus anak dengan stunting ini terbilang cukup tinggi. Meskipun, jika dipersentasekan jumlahnya mencapai 7,2 persen dari jumlah anak di Purwakarta yang banyaknya mencapai 86 ribu atau kurang dari 10 persen.
Menurut Ine, stunting bisa terlihat saat anak berusia kurang dari dua tahun. Ciri-cirinya bisa terlihat jelas terutama ketika anak dibawa ke posyandu lalu diperiksa berat dan tinggi badan.
Anak dengan stunting akan terlihat lebih pendek (kerdil) daripada teman seusianya. Dampaknya, anak tersebut tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan normal serta mudah sakit. Bahkan, yang paling parah fungsi otaknya tidak bisa optimal karena anak dengan stunting akan memiliki daya ingat yang kurang.