REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Kesehatan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat memberikan pelatihan cara membuat makanan sehat, bergizi, dan berimbang kepada ibu-ibu. Makanan tersebut diolah dengan memanfaatkan bahan lokal sebagai salah satu upaya mengatasi kasus gizi buruk dan gizi kurang.
"Melalui pelatihan ini, ibu-ibu tidak perlu membeli atau mencari-cari bahan makanan lagi untuk bayi dan anak-anak mereka, apalagi dengan harganya mahal. Sehat tidak mesti harus mahal," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, Usman Hadi di Mataram pada Kamis (25/4).
Ia mengatakan, pelatihan pembuatan makanan sehat itu dilaksanakan pada 11 puskesmas yang tersebar di enam kecamatan. Sejumlah tenaga kesehatan dan ahli gizi yang dilibatkan untuk memberi pelatihan. Ibu-ibu yang menjadi sasaran utama adalah ibu yang memiliki balita gizi buruk dan gizi kurang.
"Dalam upaya menekan angka kasus gizi buruk dan gizi kurang, kami juga aktif memberikan bantuan makanan pendamping untuk bayi dan anak," katanya.
Lebih jauh, Usman mengatakan saat ini Dinkes menangani lima kasus gizi buruk. Kelimanya masih ditangani secara intensif oleh petugas kesehatan dari sejumlah puskesmas di kota ini.
Lima kasus kasus gizi buruk itu disebabkan adanya penyakit bawaan dan pola makan kurang bagus. "Penyakit bawaan yang dialami anak dengan kasus gizi buruk salah satunya adalah penyakit pneumonia," katanya.
Menyinggung tentang kasus gizi kurang, Usman mengatakan belum melihat data riil. Tetapi untuk penanganan balita gizi kurang, Dinkes Mataram menerapkan budaya bekerayanan atau makan bersama. Bekerayanan adalah salah satu tradisi di Pulau Lombok. "Penerapan bekerayanan ini cukup efektif meningkatkan nafsu makan anak yang secara otomatis meningkatkan gizi balita," katanya.
Ia mengatakan mengatasi anak dengan gizi kurang atau balita dengan status gizi di bawah garis merah (BGM) dengan bekerayanan telah dicoba di tiga puskesmas. Tiga puskesmas itu adalah Puskesmas Karang Pule, Pejeruk, dan Puskesmas Mataram. Usman mengklaim program yang sudah berjalan dan hasil evaluasi cukup bagus.
Bahkan untuk di Puskesmas Karang Pule mereka memiliki program tambahan sendiri yakni beriok tinjal meriri gizi yang artinya bersama saling dukung memperbaiki gizi. Menurut Usman, dalam pelaksanaan kegiatan bekerayanan ini, anak-anak BGM hasil identifikasi di posyandu dikumpulkan pada hari tertentu untuk makan bersama (bekerayanan). "Makanan tidak kita siapkan tapi mereka membawa sendiri-sendiri dari rumah dan hanya datang untuk makan bersama bahkan anak-anak bisa sambil bermain," katanya.