Ahad 21 Apr 2019 09:57 WIB

Polusi Udara Sebabkan Bayi Lahir dengan Berat tak Normal

Pentingnya intervensi potensial pada tahap awal kehamilan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Endro Yuwanto
Ilustrasi Bayi baru lahir
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Bayi baru lahir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian dari Universitas Aberdeen, Skotlandia, menyebutkan bahwa polusi udara menghambat pertumbuhan janin pada bulan-bulan terakhir sebelum kelahiran. Berkurangnya bobot lahir bayi dikaitkan dengan paparan asap rokok serta banyak faktor lainnya.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Steve Turner mengatakan, pihaknya telah meninjau selama satu dekade atau kurang lebih 10 tahun untuk meneliti masalah tersebut. Hingga akhirnya ditemukan hubungan antara gas yang ditemukan dalam polusi udara dan pengaruhnya pada janin.

"Paparan nitrogen dioksida yang dipancarkan dari knalpot kendaraan bermotor, pembuatan dan pembakaran gas dan batubara, menghasilkan ukuran kepala yang lebih kecil pada bayi," kata Turner seperti dikutip dari The National, Ahad (21/4).

Meskipun tidak dianggap sebagai gas rumah kaca, nitrogen dioksida adalah polutan yang berkontribusi terhadap kabut asap. Dan efeknya sangat jelas dalam tiga bulan terakhir kehamilan.

Sumber-sumber lain termasuk asap rokok dan pemanas serta kompor butana dan minyak tanah juga memiliki dampak buruk bagi janin yang berusia 7 bulan atau tiga bulan terakhir kehamilan.

“Berbagai penelitian tentang polusi udara yang dikaitkan dengan ukuran janin telah dilakukan berbagai wilayah geografis di dunia, termasuk Australia, AS, dan beberapa negara di Eropa. Namun dalam penelitian ini kami temukan bukti jelas bahwa pada trimester ketiga khususnya, paparan nitrogen dioksida mengurangi pertumbuhan janin," jelas Turner.

Untuk itu, Turner menekankan pentingnya intervensi potensial pada tahap awal kehamilan. Selain itu, temuan ini juga menunjukkan bahwa langkah-langkah kesehatan masyarakat sangat diperlukan untuk meminimalkan paparan ibu hamil terhadap nitrogen dioksida.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement