Senin 15 Apr 2019 13:02 WIB

Menyibak Asal Muasal Kampung Sejarah Kayutangan

Sensasi Jl Malioboro di Yogyakarta akan dimunculkan dari area PLN Kajoetangan.

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Agus Yulianto
Kawasan bersejarah Kayutangan, Kota Malang.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Kawasan bersejarah Kayutangan, Kota Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, Kota Malang memang telah lama dikenal sebagai wilayah yang penuh dengan cerita bersejarah. Salah satunya terlihat jelas pada Kampung Heritage Kayutangan yang saat ini tengah tren di masyarakat.

Banyak masyarakat tidak tahu bahwa Kampung Kayutangan sesungguhnya sudah lama hadir, bahkan sebelum masa kolonial. Hal ini dipertegas sejarawan dari Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono. Kepada Republika.co.id, Dwi mencoba menguak kisah dan perjalanan sejarah Kampung Kayutangan.

Luas Kayutangan pada dasarnya membentang dari utara yang saat ini terdapat pertigaan PLN. Kemudian mengarah ke selatan sampai perempatan utara baratnya Alun-alun Kotak, Malang. "Di sebelah barat (Alun-alun Kotak), terdapat satu kampung di balik koridor yang disebut Talun," ujar Dwi, Ahad (14/4).

Kayutangan termasuk Talun merupakan satu wilayah yang memiliki perjalanan sejarah panjang. Talun bahkan sudah ditetapkan sebagai desa perdikan (bebas pajak) sejak 1198. Hal ini diperkuat dalam data yang tertulis dalam prasasti Ukir Nagara. 

Dari data-data ini, Dwi meyakini, kampung yang kini dikenal Kayutangan termasuk Talun memiliki sejarah kuat. "Karena tahun 1198 sudah ditetapkan sebagai Perdikan, berarti sudah ada sebelum tahun itu," ujar Dwi.

Secara toponimi, Talun memiliki arti tepian hutan. Dengan kata lain, kebun baru yang berada di pinggir hutan. Makna ini yang mendeskripsikan Talun karena lokasinya seperti kebun yang berada di tepi hutan. "Lalu hutan itu seperti apa?" tambah Dwi.

Berdasarkan kitab Pararaton, terdapat sejumlah prajurit yang telah diperintahkan Tunggul Ametung untuk mencari Ken Arok. Hutan di sini ternyata pernah menjadi tempat persembunyian Ken Arok remaja. Salah satu areal hutannya dikenal dengan sebutan 'patangantangan'.

Lebih detail, 'patangantangan' memiliki kata dasar 'tangan'. Menurut Dwi, hal ini merujuk pada nama sejenis pohon kayu. Pohon tersebut memiliki cabang seperti tangan manusia saat dibentangkan ke kiri maupun kanan.

"Ternyata nama ini tidak hanya di Malang, di Tulungagung juga ada nama desa Rejotangan. Dari nama pohon ini sehingga dikenal hutan Kayutangan. Kayu tangan nama koridor areal hutan yang menurut Pararaton, konteks ceritanya sekitar abad ke-13 ketika Ken Arok remaja, itu dijadikan tempat bersembunyi," tambah dia.

Sebagai informasi, Sungai Brantas telah membelah Kota Malang di tengah-tengah. Di sisi barat sungai terdapat wilayah yang kini dikenal koridor Kayutangan. Sebuah areal yang dulunya hanya setapak jalan hutan lalu menjadi jalan vital saat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement