Selasa 09 Apr 2019 08:56 WIB

Kurangi Ngopi, Bujet Investasi Pun Tersedia

Bujet ngopi bisa dialokasikan untuk investasi.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
kopi
Foto: corbis
kopi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebiasaan bersantai sambil mengobrol di kedai kopi sudah menjadi gaya hidup bagi anak muda zaman sekarang. Survey melalui aplikasi Acorns bahkan menunjukkan hampir setengah profesional di usia milenial

menghabiskan penghasilannya untuk menikmati kopi sambil bersosialisasi di kedai kopi.

Bukan hanya bujet untuk membeli kopi plus camilan yang harus mereka siapkan demi ngopi bareng. Kaum milenial pun banyak yang menyesuaikan gaya berpakaiannya agar tetap kekinian. Alhasil, sebagian besar penghasilan bulanannya terkuras untuk memenuhi gaya hidupnya.

Kebiasaan tersebut membuat anak muda masih belum banyak yang memiliki dana darurat maupun menyiapkan finansialnya di masa depan. Padahal, dana darurat senilai tiga sampai enam kali lipat kebutuhan bulanan dapat membantu jika terkena masalah keuangan.

“Kalau sampai sekarang belum ada dana darurat, jangan panik. Kamu bisa mulai  dengan disiplin menyisihkan setengah uang jajan setelah gajian. Uang ngopi misalnya,” kata CEO dan Founder dari Moduit, Jeffry Lomanto, dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, beberapa waktu lalu.

Jeffry menyarankan untuk menghitung nilai konsumsi ngopi per bulan. Ia mengingatkan investasi bisa dimulai dari Rp 100 ribu.

"Kalau satu gelas kopi berharga Rp 30 ribu maka dalam sebulan sebenarnya kita bisa ikut berinvestasi Rp 600 ribu. Dari Rp 600 ribu per bulan yang diinvestasikan secara reguler, nantinya akan menjadi simpanan di masa tua," jelasnya.

Menurut Jeffry, investasi bisa dimulai dari menyisihkan 10 persen penghasilan

bulanan. Setelah itu, tentukan tujuan investasi hingga bisa menemukan jumlah aset yang ingin didapatkan.

Dengan demikian, perkiraan hitungan biaya dan jangka waktu yang dibutuhkan bisa

menjadi rencana keuangan di masa depan. Jeffry mengatakan, pilihan investasi yang aman sekarang semakin variatif.

Untuk pemula, ada investasi reksadana yang ditawarkan berbagai platform digital yang sudah terdaftar resmi dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Besar nominal investasi bulanan pun bisa disesuaikan dengan penghasilan bulanan.

"Ada banyak jenis reksadana yang bisa diikuti, mulai dari pasar uang, pendapatan tetap, campuran, hingga saham," ujarnya.

Jeffry mengingatkan mengelola keuangan merupakan tugas setiap orang yang telah memiliki penghasilan. Ia merekomendasikan untuk mulai mengelola keuangan sedini mungkin, di usia 20-an sampai 30-an.

"Itu usia produktif yang masih memiliki kesempatan puluhan tahun untuk berkembang baik secara karier maupun penghasilan," kata Jeffry.

Jeffry mengatakan, investasi di zaman sekarang semudah belanja daring. Investor tinggal memilih jenis investasi yang diinginkan sesuai bujet.

Sebagai langkah awal, Jeffry menyerukan anak muda untuk mulai dari menentukan tujuan keuangan, mengetahui seberapa besar resiko investasi yang bisa ditoleransi, kemudian memilih instrumen investasi yang diiinginkan. Melalui aplikasi Moduit yang diperkenalkannya, investor bahkan bisa memantau perkembangan keuangan lewat platform komunikasi Whatsapp.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement