Ahad 31 Mar 2019 11:20 WIB

Kuliner Senen Populer, Jajaran Lapo di Terminal Senen

Lapo Dosroha di Senen sudah 30 tahun menjajakan kuliner khas Batak.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Indira Rezkisari
Ikan mas arsik di Lapo Dosroha, Terminal Senen, Jakarta Pusat, Kamis (21/3).
Foto: Republika/Nugroho Habibi
Ikan mas arsik di Lapo Dosroha, Terminal Senen, Jakarta Pusat, Kamis (21/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berburu kuliner khas daerah sangat tepat dilakukan di Kawasan Senen, Jakarta Pusat. Apalagi bagi orang batak yang sedang mencari kuliner daerah asalnya, lapo atau warung makan Batak.

Selain di blok IV pasar Senen yang dikenal sebagai kawasan kuliner Batak, lapo bisa ditemukan sepanjang Terminal Senen. Berjejer lapo menjajakan masakan khas batak yang akan menggoda selera mereka yang bisa menyantapnya. Perlu dicatat lapo Batak umumnya menjual hidangan yang tidak halal.

Baca Juga

Jeni Br Panjaita (31), yang menggantikan ibunya untuk mengelola lapo, mengaku telah menjajakan jualan sejak masih menggunakan tenda. "Memang dari dulunya dapatnya di terminal, mamak saya sudah di sini, dia sudah 30 tahun sudah di sini, ini Batak semua sama di blok impress," kata Jeni.

Jeni menceritakan, menu yang disediakan di Lapo Dosroha miliknya tidak berubah sejak dulu. Meskipun menjadi generasi kedua, empat macam menu, yakni ayam gota (bahasa batak), ikan mas arsik dan babi (B2) dan biang/anjing (B2) tetap dipertahankan.

"Disebut B2 karena huruf babi memiliki dua huruf B, sedangkan B1 itu anjing, karena bahasa Bataknya biang disebut B1," katanya.

Jeni menyebut, masakan lapo hampir mirip dengan bumbu yang ada pada masakan gulai. Namun, lanjut Jeni, ada pembeda dalam menggunakan rempah berjenis kunyit.

Jika masakan gulai Jawa pada umunya menggunakan kunyit, masakan batak menggunakan andaliman yang hanya dapat ditemukan di Sumatra. "Masakan batak itu bumbunya seperti masak gulai, bedanya tidak pakai kunyit tapi pakai andaliman asalnya dari Sumatra," terangnya.

Dari empat menu yang disebutkan, ikan mas arsik masih menjadi primadona pelanggan. Sebab, menurut Jeni olahan ikan mas arsik sangat cocok di lidah para pengunjung.

photo
Lapo Dosroha, Terminal Senen, Jakarta Pusat. Lapo ini menyajikan hidangan khas Batak.

Ikan mas arsik merupakan sebutan ikan mas yang diolah dengan bumbu Batak, yakni menambahkan kincung atau bunga jenis kecombrang dan andaliman. Berbeda dengan masakan Jawa yang pada umunya menggunakan santan, ikan mas arsik diolah dengan air sampai kering.

"Ikan mas arsik yang paling dicari. Tapi pakai kincung dan andaliman yang dikirim langsung dari Sumatra cuma dia tidak pakai santan," katanya.

Harga yang dipatok oleh Jeni, masih sama dengan lapo pada umumnya. Semua menu harganya hanya 30 ribu rupiah per porsi.

Jeni menambahkan, pengunjung biasanya memadati laponya pada akhir pekan atau hari libur. Dia menyebut, ada peningkatan pengunjung yang cukup signifikan pada hari libur.

"Kalau harian biasa itu paling dapatnya, satu juta, kalau hari libur itu ramai pas baru gajian, bisa sampai Rp 2 juta sampai Rp 3 juta gitu," jelasnya sambil tertawa.

Linda G. (37), salah seorang pelanggan mengaku cukup menikmati lapo milik Jeni. Dia mengatakan, sudah nyaman dengan masakan Jeni. "Sudah nyaman, kalo tidak masak ya makan ke sini saja," ujar wanita asal Medan itu.

Dia mengatakan, saat menikmati masakan Jeni, dia merasa seperti masakan mamaknya. Sehingga, masakan Jeni masih belum bisa digantikan dengan masakan lainnya. "Sudah berasa makan punya mamak (ibu) di Medan," jelasnya.

Bagi para pecinta kuliner khas Batak bisa datang ke Terminal Senen, Jakarta Pusat, setiap hari. Jajaran lapo di sana bisa dinikmati selama 24 jam non-setop.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement