Rabu 27 Mar 2019 20:07 WIB

Terlalu Sering Main Gawai Picu Neuropati

Bagian tubuh pengguna gawai yang berisiko terkena neuropati adalah jari tangan

Rep: Desy Susilawati/ Red: Christiyaningsih
Perempuan bermain ponsel sebelum tidur. Ilustrasi
Foto: Telegraph
Perempuan bermain ponsel sebelum tidur. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan gadget atau gawai saat ini menjadi kebutuhan krusial masyarakat. Perkembangan teknologi membuat banyak kemudahan namun di saat yang sama screentime lebih lama dapat berisiko terhadap kesehatan.

Tingginya intensitas penggunaan gawai dapat memperluas risiko terkena gejala kesehatan salah satunya neuropati. Neuropati menyerang masyarakat produktif dan dapat berisiko fatal apabila tidak ditangani segera dengan benar. Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan Saraf Tepi PERDOSSI Pusat, Manfaluthy Hakim, menjelaskan aktivitas dengan gerakan berulang dapat menjadi faktor risiko neuropati, termasuk penggunaan gawai terlalu lama.

Bagian tubuh pengguna gawai yang berisiko terkena neuropati adalah jari tangan. Neuropati dapat menyerang saraf tangan dan menyebabkan kesemutan atau kebas hingga rasa nyeri yang menetap. "Tangan pegal karena menekuk terus. Ini membuat otot tangan tegang akhirnya cedera," jelasnya di sela media briefing Love Your Nerve with Neurobion di Jakarta, Rabu (27/3).

Selain itu, pergelangan tangan juga akan terasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan itu terjadi karena posisi memegang smartphone yang menetap dalam jangka waktu lama. Bagian yang berat terjadi di dekat nadi. Walaupun berat smartphone hanya 100 gram namun jika dipegang lama akhirnya terjadi ketegangan.

"Saraf terjepit akhirnya terjadi curple tunnel syndrome. Kesemutan hilang timbul kemudian menetap. Saraf makin rusak, baal sampai pada akhirnya ototnya mulai mengecil, keriput. Pegang gelas dan hitung duit susah," jelasnya.

Saraf tepi adalah penghubung organ tubuh dengan saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang dengan seluruh organ. Karena itu kesehatan saraf tepi sangat penting agar tetap berfungsi maksimal dan terhindar dari neuropati atau kerusakan saraf tepi. Ketika saraf tepi mengalami kerusakan maka akan muncul gejala-gejala seperti kesemutan, kebas, kram, dan kelemahan otot yang disebut dengan neuropati.

"Neuropati atau kondisi gangguan dan kerusakan saraf ditandai dengan gejala seperti kesemutan, kebas, dan kram. Lebih dari 50 persen masyarakat melakukan aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang berisiko Neuropati," ujarnya.

Kerusakan saraf tepi ini memengaruhi kualitas hidup, mengurangi kemampuan kita dalam beraktivitas dan mencapai hasil yang maksimal. Kerusakan pada saraf tepi juga dapat menyebabkan gangguan sensorik, motorik dan penurunan kualitas hidup pasien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement