Selasa 26 Mar 2019 11:03 WIB

Skenario Film Buya Hamka Rampung Setelah 3 Tahun

Film ceritakan kehidupan Buya Hamka sejak lahir sampai meninggal dunia.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Konferensi pers film Buya Hamka, Senin (25/3), di Jakarta. Buya Hamka akan mulai syuting April 2019.
Foto: Republika/Prayogi
Konferensi pers film Buya Hamka, Senin (25/3), di Jakarta. Buya Hamka akan mulai syuting April 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Skenario film Buya Hamka menghabiskan waktu penggarapan selama tiga tahun dengan total 12 rancangan naskah. Penulis naskah Alim Sudio mengatakan, masa tersebut merupakan proses terlama dirinya membuat skenario film.

"Kami menulis orang yang amat sangat besar. Tiga tahun waktu yang berharga untuk menyelesaikan skenario ini," ungkap Alim pada konferensi pers film biopik Buya Hamka di Jakarta, Senin (25/3).

Baca Juga

Dari proses tersebut, Alim cukup banyak menghabiskan waktu untuk melakukan riset. Dia juga mencari informasi dari sumber terpercaya yang mengetahui langsung sosok Buya Hamka semasa hidupnya atau mendalami sejarah beliau.

Buya Hamka yang memiliki nama asli Abdul Malik Karim Amrullah lahir di Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam, Sumatra Barat. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama itu dikenal sebagai ulama, sastrawan, wartawan, budayawan, dan politikus.

Alim mengaku senang karena karakter yang dia tulis dalam skenario pada akhirnya menjadi hidup dan segera hadir dalam tayangan audio visual. Syuting film Buya Hamka akan segera berlangsung pada awal April 2019.

"Tugas saya hanya merangkum kecintaan beliau (Hamka) yang amat sangat besar terhadap Indonesia, terhadap Islam, terhadap keluarga, dan terhadap kemanusiaan," ucap Alim.

Sutradara Fajar Bustomi mengatakan, film akan mengisahkan kehidupan Buya Hamka sejak lahir sampai meninggal dunia. Aspek humanis Buya, kehidupan keluarganya, prosesnya menggapai semua pencapaian juga dihadirkan dalam film.

Fajar ikut melakoni riset mengenai Hamka, termasuk hal mendetail mengenai cara bicara almarhum dengan keluarga. Fajar tidak pernah berjumpa langsung dengan Hamka semasa hidupnya, tetapi merasa dekat karena membaca karya-karyanya.

"Sosok Buya guru buat saya, banyak belajar tentang kehidupan, tentang Islam, juga perilaku sabar. Ini tanggung jawab besar. Bismillah, mudah-mudahan kami bisa menghadirkan tontonan yang baik untuk penonton," kata sutradara Dilan 1990 itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement