Senin 25 Mar 2019 15:34 WIB

Laju Ekspor Food Startup Indonesia Terkendala Standar Produk

Makanan Indonesia belum memiliki standar yang paten dalam beragam faktor.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Indira Rezkisari
Kuliner Indonesia. Makanan Indonesia masih belum banyak yang bisa berekspansi keluar negeri. Perlu dorongan dan bantuan pemerintah agar makanan Indonesia lebih banyak di luar negeri.
Foto: dok Republika
Kuliner Indonesia. Makanan Indonesia masih belum banyak yang bisa berekspansi keluar negeri. Perlu dorongan dan bantuan pemerintah agar makanan Indonesia lebih banyak di luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rendang dan nasi goreng diakui sebagai hidangan terbaik di dunia. Tak hanya itu, Indonesia pun memiliki lebih dari 500 ribu bumbu dan rempah, yang seharusnya bisa menjadikan Indonesia sebagai kiblat kuliner dunia. Namun sayangnya, kuliner Indonesia tidak terlalu eksis di luar negeri.

Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fajar Hutomo mengatakan, salah satu kendala perkembangan kuliner atau food startup di Indonesia yaitu karena tiadanya standar produk. Baik itu standar kehigienisan makanan, food safety dan lainnya. Sehingga laju ekspor makanan Indonesia tidak signifikan.

Baca Juga

"Misalnya food startup menerima pesanan 100 porsi, itu akan tertangani dan citarasanya pasti mantap. Tapi kalau seribu pesanan atau lebih bagaimana? Pasti berabe, nah itu lah problem kita. Karena food startup atau kuliner kita belum punya standar produk," kata Fajar usai peluncuran Accelerice di Kuningan Jakarta, Senin (25/3).

Hal itu juga yang mendorong CEO Accelerice, Charlotte Kowara untuk meluncurkan food innovation and knowledge hub. Charlotte menjelaskan, Accelerice menyediakan sarana dan edukasi bagi UMKM khususnya food startup untuk berkembang, berinovasi dan dapat memaksimalkan teknologi digital dalam usahanya. Accelerice diharapkan bisa membentuk ekosistem yang kuat agar bisa semakin meningkatkan industri kuliner Indonesia yang sedang bertumbuh.

“Visi kami adalah menjadikan Indonesia sebagai salah satu pusat inovasi dan teknologi rekayasa bahan pangan di masa depan dengan meningkatkan bahwa produk yang dihasilkan harus dapat terjangkau, mudah didapat, bernutrisi,” kata Charlotte.

Dia berharap, Accelerice bisa menjadi rumah bagi food startup di Indonesia. Mengingat hingga kini belum ada wadah atau ‘rumah’ bagi food startup di Indonesia. Selain itu, Accelerice juga bisa menjadi tempat untuk meningkatkan keahlian.

Accelerice memiliki beberapa fasilitas untuk menunjang pengembangan food startup. Mulai dari fasilitas Research and Development (R&D), kafe yang bisa digunakan untuk uji coba produk, area berkumpul, co-working space, event space, ruangan referensi untuk foto produk, referensi kemasan produk yang disponsori oleh Toko Kemasan Kita, dan fasilitas Toko Sebelah yang diperuntukkan bagi food startup untuk menjual produk.

“Accelerice hadir untuk mendorong munculnya kesadaran bahwa kreativitas dan inovasi adalah hal dominan yang harus dilakukan food startup,” ungkap dia.

Dia mengatakan, fasilitas Accelerice bisa diikuti oleh semua food startup. Namun untuk program referensi kemasan produk dan uji coba produk hanya bisa diikuti oleh food startup yang sudah berjalan selama 6 bulan lebih.

“Tujuannya agar mentor bisa membuat perbandingan, sehingga mudah untuk evaluasi dan kajian kemasan atau uji cobanya,” kata dia. Dia pun berharap, Accelerice bisa menjadi mitra yang bisa membantu dan menyatukan ekosistem untuk food startup dan industri kuliner.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement