Jumat 22 Mar 2019 09:29 WIB

Inovasi Sedotan Ramah Lingkungan dari Beras dan Tapioka

Sedotan sepenuhnya bisa dimakan dan akan membusuk alami setelah 90 hari.

Rep: Santi Sopia/ Red: Indira Rezkisari
Sedotan plastik, salah satu penyumbang polutan terbesar di dunia.
Foto: EPA
Sedotan plastik, salah satu penyumbang polutan terbesar di dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Penggunaan sedotan plastik makin lama kian dihindari. Semakin banyak orang sadar lingkungan dan memilih sedotan yang bisa dipakai berulang kali, atau sedotan yang bahannya mudah didaur ulang.

Salah satu inovasi sedotan muncul di Singapura. Sedotan terbuat dari beras ramah lingkungan telah dipamerkan di Singapura di Cafe Asia 2019, sebuah expo yang berlangsung sejak 21 Maret 2019. Sedotan yang dapat dimakan ini, terbuat dari kombinasi beras dan tapioka, sepenuhnya dapat terurai secara hayati, membusuk dalam waktu 90 hari.

Baca Juga

Untuk meminum minuman dingin, sedotan padi bertahan antara empat dan 10 jam. Lalu tahan dua hingga tiga jam untuk minuman panas. Sedotan juga bersertifikat halal dan diproduksi oleh Nlytech Biotech Sdn Bhd yang berbasis di Penang, Malaysia.

Rencananya, produk akan diproduksi massal di Malaysia dan tentunya diharapkan akan diekspor. “Kami sedang menyiapkan produksi massal di Penang. Produk ini diharapkan akan dikomersialkan di pasar lokal, serta untuk pasar ekspor, mulai Mei 2019,” kata CEO Nlytech Biotech, Law Yee Tee.

Law menambahkan bahwa harga sedotan akan sangat terjangkau dibandingkan dengan sedotan jenis ramah lingkungan lainnya. Tentunya sedotan dari beras menjadi bagian upaya mengurangi sampah plastik maupun deterjen.

Di tengah semakin banyak orang beralih dari sedotan plastik sekali pakai, sedotan ini tampak bisa menjadi alternatif solusi menjaga lingkungan. Apalagi sedotan plastik saat ini juga sudah dianggap menjadi musuh publik nomor satu.

Begitu pula sedotan logam multi pakai, yang saat ini sedang tren juga bukan solusi yang paling ideal. Jumlah deterjen dan air diperlukan untuk membersihkannya juga bisa meningkatkan masalah kebersihan, dilansir dari Channel News Asia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement