Rabu 20 Mar 2019 13:45 WIB

Studi: Diet Sehat Tidak Turunkan Risiko Demensia

Risiko demensia tidak menjadi lebih rendah dengan makan buah dan sayuran

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Christiyaningsih
Lansia atau lanjut usia. Ilustrasi
Foto: IndianExpress
Lansia atau lanjut usia. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian jangka panjang mempertanyakan konsep diet sehat dapat membantu menangkal demensia. Peneliti Eropa mengikuti lebih dari 8.200 orang dewasa paruh baya selama 25 tahun.

Peneliti melihat apakah kebiasaan diet memengaruhi kemungkinan diagnosis dengan demensia. Pada akhirnya, orang-orang yang makan buah-buahan dan sayuran tidak berisiko lebih rendah daripada mereka yang menyukai permen dan steak.

Temuan ini, yang diterbitkan 12 Maret di Journal of American Medical Association, sangat kontras dengan banyak penelitian sebelumnya. Studi-studi tersebut telah mengaitkan diet jantung sehat dengan kemungkinan lebih rendah dari penurunan mental dan kelainan otak yang diduga dapat mengakibatkan demensia.

Seperti yang dilansir dari News Max, Rabu (20/3), saat ini kelompok-kelompok seperti Asosiasi Alzheimer menyarankan agar orang mengadopsi diet itu sebagai salah satu cara potensial untuk mencegah demensia. Namun, ketua peneliti dari Institut Penelitian Nasional Prancis INSERM Tasnime Akbaraly mengatakan sebagian besar studi hanya meneliti orang dalam waktu yang cukup singkat atau kurang dari 10 tahun.

Studi ini adalah yang pertama untuk melihat kualitas diet dimulai pada usia paruh baya dan risiko jangka panjang demensia. Timnya menemukan 344 orang yang diikuti didiagnosis menderita Alzheimer selama seperempat abad.

Angka tersebut serupa di antara sepertiga peserta studi dengan kualitas diet 'terbaik' dan sepertiga diet 'terburuk'. Orang-orang dalam kelompok pertama itu biasanya memiliki beberapa porsi buah, sayuran, dan sereal utuh setiap hari. Mereka juga makan setidaknya beberapa porsi kacang-kacangan setiap pekan, minyak zaitun, dan membatasi konsumsi daging merah, natrium, dan gula. Tetapi, tidak ada yang menyarankan orang untuk menyerah pada jenis makanan itu.

Director of Scientific Programs and Outreach untuk Asosiasi Alzheimer Keoth Fargo mengatakan ia tidak ingin ada orang yang keluar dari pemikiran bahwa diet sehat itu sia-sia. “Studi ini harus dilihat dalam konteks literatur ilmiah yang lebih besar tentang diet dan kognisi yang memang menunjukkan ada manfaat (dari makan sehat),” kata Fargo yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Pada kenyataannya, kata Fargo, penelitian seperti ini tidak dapat menjawab pernyataan utama: akankah mengubah pola makan atau kebiasaan lain untuk menurunkan risiko demensia? Jawaban yang lebih pasti, katanya, berasal dari uji klinis yang secara acak menugaskan orang untuk mengadopsi perubahan gaya hidup atau tidak.

Menurut Asosiasi Alzheimer, bukti terbaik adalah diet tradisional mediterania dan diet DASH yang merupakan rekomendasi standar untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Keduanya adalah diet yang berbeda tapi menekankan hal yang sama, yakni dapatkan banyak buah, sayuran, polong-polongan, biji-bijian kaya serat, lemak baik, ikan dan unggas, serta batasi daging merah, permen, dan tambahan garam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement