Jumat 15 Mar 2019 17:00 WIB

Sudah Cukup Tidur, Mengapa Masih Ngantuk di Siang Hari?

Banyak orang berusaha memerangi rasa kantuk yang menyerang di siang hari.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Reiny Dwinanda
Tidur siang meski sebentar sangat bermanfaat. Enam menit saja pun cukup membuat otak menyegarkan diri
Foto: SIESTA
Tidur siang meski sebentar sangat bermanfaat. Enam menit saja pun cukup membuat otak menyegarkan diri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kantuk di siang hari menjadi tantangan tersendiri bagi orang yang sibuk. Konsentrasi saat bekerja bisa buyar karenanya. Mengapa kantuk datang siang hari?

Praktisi kesehatan tidur di Snoring and Sleep Disorder Clinic, RS Mitra Keluarga Kemayoran, dr Andreas Prasadja, RPSGT, mengatakan masih banyak yang menganggap bahwa mengantuk di siang hari sebagai kemalasan. Orang menganggap kantuk harus dibasmi.

Baca Juga

"Sayangnya mereka tidak mencoba memahami kenapa mereka mengantuk," ujarnya.

Menurut Anderas, kebanyakan orang justru mencoba untuk bangun. Mereka mencari cara untuk bisa melek, entah dengan minum kopi atau mengonsumsi vitamin.

 

Andreas mengatakan, mayoritas orang tidak berpikir bahwa mengantuk ketika seharusnya sudah cukup tidur adalah tanda bahwa ada yang salah. Ia menjelaskan kantuk di siang hari mengindikasikan bahwa mereka tidak tidur nyenyak di malam hari.

Kurangnya kualitas tidur akan menurunkan produktivitas karena kinerja otak kita dioptimalkan pada saat tidur. Mereka yang tidurnya tidak berkualitas dalam waktu panjang akan sering terbangun, mendengkur di malam hari, dan merasa mengantuk di siang hari.

"Seharusnya mereka berkonsultasi dengan dokter untuk mengidentifikasi dan menentukan apakah ada faktor risiko kesehatan, seperti obstructive sleep apnea (OSA)," jelas Andreas.

 

OSA termasuk kondisi yang jarang didiskusikan dan sering tidak terdiagnosis. Menurut sebuah penelitian, prevalensi OSA di Indonesia diperkirakan sekitar 17 persen. OSA ditandai dengan gangguan pernapasan atau henti napas beberapa kali sepanjang tidur sehingga mencegah oksigen mencapai paru-paru.

Andreas menjelaskan, gejala OSA termasuk tersedak atau napas tersengal saat tidur, dengkuran yang permanen dan keras, kelelahan berlebihan, dan konsentrasi yang buruk di siang hari. Jika tidak diobati, sleep apnea berdampak serius bagi kesehatan dalam jangka pendek dan jangka panjang, seperti penyakit jantung, diabetes tipe 2, strok, dan tekanan darah tinggi.

"Ketika hal ini terjadi, otak dan seluruh tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup sehingga mengganggu metabolisme dan fungsi regeneratif pada tubuh," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement