REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Di balik penampilan manis Taylor Swift mungkin dia adalah tipe perempuan penghasut perempuan lain dengan salah satu lagunya berjudul “Bad Blood”. Lagu tersebut ditengarai telah mempromosikan kekerasan, misalnya, dalam penggalan lirik "bullet holles atau lubang peluru" dan "stabbed in the back atau ditusuk dari belakang".
Dilansir New York Post, Selasa (12/3), sebuah studi baru dari School of Journalism University of Missouri menemukan bahwa musik pop yang penuh semangat memiliki agresi lirik yang sama besarnya dengan musik hiphop. Diketahui, genre hiphop biasanya mengambil rap untuk mempromosikan kekerasan dan misoginis.
Namun, para peneliti berpendapat bahwa kekuatan pop agak lebih berbahaya. Apa sebabnya?
“Tidak seperti rap atau hiphop, musik pop cenderung memiliki suara yang menggelegak dan penuh semangat yang dimaksudkan untuk menarik pendengar, tapi itu bisa bermasalah jika liriknya mempromosikan kekerasan dan perilaku misoginis,” kata kata Cynthia Frisby, associate professor di University of Missouri yang mengerjakan studi yang muncul bulan ini di jurnal Media Watch.
Frisby dengan rekannya Elizabeth Behm-Morawitz menganalisis lebih dari 400 lagu yang menduduki puncak tangga Billboard di banyak genre, termasuk rap, hiphop, rock, pop, country, heavy metal, dan R&B di tahun 2006 dan 2016. Ternyata, dalam lagu-lagu itu, mereka mencatat lirik kekerasan, tak senonoh, tema misoginis, dan pernyataan peran gender.
Para peneliti mereferensikan beberapa contoh lagu pop bermasalah, termasuk "Love the Way You Lie" oleh Eminem dan Rihanna, lalu "Wake Up Girl" oleh Maroon 5 dan "Hollaback Girl" oleh Gwen Stefani.
Sementara itu, musik Swift tidak secara khusus tercatat dalam laporan University of Missouri tentang studi ini. Sedangkan lagu-lagu, seperti "Look What You Made Me Do" dan "Better Than Revenge" ditempatkan ke dalam daftar yang patut didiskusikan.
Genre rap dan hiphop lebih sering mempromosikan kebencian terhadap wanita serta menggunakan kata-kata kotor dan kekerasan. Musik pop sebanding dalam hal kekerasan. Sementara itu, genre country menempati peringkat sebagai yang paling damai dari semua genre musik populer.
Bahkan, para peneliti menemukan sekitar sepertiga dari semua lagu pop, menjadikan wanita sebagai objek. Frisby menyarankan orang tua melakukan percakapan yang lebih dalam dengan anak-anak mereka tentang bagaimana lagu-lagu itu dapat mempengaruhi identitas mereka, terutama dalam hal jenis kelamin.
"Banyak lagu mungkin membuat gadis-gadis muda merasa seperti mereka harus terlihat dan bertindak provokatif untuk membuat anak laki-laki menyukai mereka. Jika anak-anak dan remaja memahami bahwa apa yang mereka dengar bukanlah perilaku yang sehat, maka mereka mungkin akan lebih menantang apa yang mereka dengar di radio," kata dia.