Selasa 12 Mar 2019 20:15 WIB

Pneumonia dan Sepsis, Penyakit yang Hampir Menewaskan Whoopi

Whoopi Goldberg hampir kehilangan nyawa setelah didera pneumonia dan sepsis.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Aktris Whoopi Goldberg
Foto: Reuters
Aktris Whoopi Goldberg

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari sejumlah penyakit yang dikenal mematikan, pneumonia dan sepsis sepertinya masih kurang familiar di telinga masyarakat. Penyakit itulah yang sempat mendera aktris kawakan Hollywood Whoopi Goldberg.

Aktris sekaligus komedian itu merasa kedua penyakit telah nyaris membunuhnya. Dia bersyukur dapat selamat dari serangan pneumonia dan sepsis.

"Saya di sini. Saya bangun dan bergerak. Tidak secepat yang saya inginkan, tetapi saya baik-baik saja. Saya belum mati," kata Goldberg, yang terakhir muncul di The View pada 5 Februari lalu, dikutip Abcnews.

Dokter residen penyakit dalam di Yale New Haven Hospital, Leila Haghighat, menjelaskan pneumonia dan sepsis adalah dua penyakit yang bisa mungkin berdampak serius. Inilah hal penting yang perlu diketahui. Pneumonia adalah infeksi paru-paru dalam tingkat yang cukup parah.

Di Amerika Serikat, pneumonia adalah penyebab paling umum orang masuk rumah sakit selain dari perempuan yang melahirkan anak. Pada 2013, pasien pneumonia tercatat 960.000 menjalani rawat inap dan hampir menyebabkan 60.000 kematian. Saat ini penyakit tersebut menjadi penyebab kematian nomor delapan.

Menuru Leila, tingkat keparahan infeksi paru-paru itu bergantung pada apa yang menyebabkannya dan siapa yang terkena dampaknya. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam bakteri, jamur, atau virus, yang masuk ke paru-paru dari udara yang dihirup.

Suatu organisme tunggal dapat bertanggung jawab terhadap 10 persen dari kasus, yang paling umum adalah bakteri yang disebut Streptococcus pneumoniae. Di samping itu, faktor influenza, yang juga dikenal sebagai flu juga berpotensi menyebabkan pneumonia.

Sistem kekebalan yang lebih lemah dapat meningkatkan risiko terkena pneumonia yang serius. Mereka yang berusia muda namun usia dewasa atau orang tua juga banyak yang memiliki sistem kekebalan tubuh terganggu.

Leila yang juga anggota dari ABC News Medical Unit menjelaskan, gejala pneumonia termasuk demam, sesak napas, dan batuk. Dokter yang menduga pasiennya menderita pneumonia akan melakukan tes darah dan rontgen dada untuk mencari tanda-tanda infeksi lainnya.

Tidak semua pneumonia membutuhkan rawat inap. Pneumonia ringan dapat diobati hanya dalam lima hari dengan antibiotik. Dokter mungkin akan meminta pasien untuk dirawat di rumah sakit guna pemantauan lebih dekat jika pneumonia tidak membaik atau mulai parah.

Fenomena pneumonia, menurut Leila, telah meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu. Tetapi, tingkat kematian masih berkisar dari tiga persen pada mereka yang dirawat di luar rumah sakit dan hingga 50 persen pada mereka yang membutuhkan perawatan di unit perawatan intensif rumah sakit. Untuk beberapa orang dengan pneumonia, pemulihan bisa memakan waktu hingga enam hingga delapan pekan.

Sedangkan sepsis adalah komplikasi parah dari pneumonia yang memperburuk pandangan pasien. Sepsis didahului oleh suatu kondisi yang dikenal sebagai bakteremia, yang terjadi ketika organisme yang menyebabkan pneumonia menyebar ke dalam darah.

Orang yang menderita bakteremia harus segera pergi ke rumah sakit untuk menerima antibiotik intravena. Jika bakteremia memburuk ke titik di mana tekanan darah turun, denyut jantung naik, laju pernapasan meningkat, demam meningkat dan kadar oksigen darah turun, maka orang bisa didiagnosis mengalami sepsis.

Perlu dicatat bahwa sepsis dapat berkembang dari segala jenis infeksi, bukan hanya pneumonia. Namun, pneumonia adalah penyebab utama sepsis.

"Ini masalah besar karena sepsis lebih cenderung menyebabkan hasil yang lebih buruk; angka kematian akibat sepsis dapat mencapai 15 persen," ungkap Leila.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement