Kamis 28 Feb 2019 16:10 WIB

Triclosan di Produk Rumah Tangga Justru Buat Bakteri Kebal

Triclosan membantu sel bakteri bertahan hidup.

Rep: Santi Sopia/ Red: Ani Nursalikah
Alat pembersih rumah tangga.
Foto: Pixabay
Alat pembersih rumah tangga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan produk rumah tangga, seperti deterjen, sabun, pasta gigi, dan lainnya tentu dipercaya bisa membersihkan, termasuk dari bakteri. Tetapi kini industri dan masyarakat diharapkan lebih waspada dengan adanya temuan yang justru kontradiktif dengan tujuan dan promosi produk berbahan kimia tersebut.

Penelitian baru menemukan triclosan, bahan kimia antibakteri populer yang biasanya ada dalam produk rumah tangga justru dapat memiliki efek sebaliknya. Triclosan justru membuat bakteri lebih tahan terhadap pengobatan antibiotik. Triclosan adalah senyawa antibakteri yang biasanya terdapat pada produk sehari-hari, seperti pasta gigi, sabun, cairan pencuci piring, deodoran, peralatan dapur, mainan, hingga kantong sampah.

Baca Juga

Produsen biasanya menambahkan bahan kimia ini karena mereka percaya itu mampu membunuh bakteri yang bisa membuat orang tidak sehat. Petra Levin, seorang profesor biologi di departemen Seni dan Sains di Universitas Washington di St Louis, yang memimpin penelitian ini mengatakan triclosan membuat bakteri lebih kuat dan lebih tahan terhadap pengobatan antibiotik.

Menggunakan tikus untuk percobaan infeksi saluran kemih (ISK), studi baru mengungkapkan triclosan dapat mengganggu jenis antibiotik tertentu dan mekanisme yang digunakannya. Triclosan membantu sel bakteri bertahan hidup.

Levin dan timnya memulai penelitian dengan melihat efek triclosan dengan antibiotik bakterisida, yaitu antibiotik yang dipercaya membunuh bakteri dan bukan hanya menghentikan pertumbuhannya. Para peneliti merawat bakteri Escherichia coli (E coli) dan MRSA dengan antibiotik ini secara in vitro dan meneliti perilaku sel. Satu kelompok sel bakteri terpapar triclosan sebelumnya, sedangkan kelompok lainnya tidak.

"[T] triclosan meningkatkan E coli dan MRSA toleran terhadap antibiotik bakterisida sebanyak 10 ribu kali lipat secara in vitro. Triclosan meningkatkan jumlah sel bakteri yang bertahan hidup secara substansial," kata Prof Levin, dilansir Medical News Today.

Peneliti menambahkan triclosan ke dalam air minum tikus untuk menciptakan kembali level yang mereka harapkan akan ditemukan pada manusia. Sekitar 75 persen orang di Amerika Serikat memiliki triclosan dalam urine mereka dan 10 persennya memiliki kadar yang cukup tinggi untuk menghentikan pertumbuhan E coli.

Selanjutnya, para peneliti merawat semua tikus dengan antibiotik ciprofloxacin. Corey Westfall, seorang peneliti pascadoktoral di lab Prof. Levin dan penulis pertama studi ini, menjelaskan antibiotik Ciprofloxacin (juga dikenal sebagai Cipro) adalah yang paling menarik bagi karena itu adalah fluoroquinolone yang mengganggu replikasi DNA dan merupakan antibiotik yang paling umum digunakan untuk mengobati ISK.

Setelah pengobatan, tikus dengan triclosan memiliki tingkat bakteri urine yang jauh lebih tinggi, serta jumlah bakteri yang lebih tinggi pada kandung kemih mereka ketika para peneliti membandingkannya dengan tikus yang tidak minum triclosan.

"Besarnya perbedaan dalam beban bakteri antara tikus yang minum air triclosan dan yang tidak sangat mencolok. Jika perbedaan jumlah bakteri antara kelompok kurang dari sepuluh kali lipat, akan sulit untuk membuat kasus yang kuat bahwa triclosan adalah biang keladinya," lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement