Senin 25 Feb 2019 12:50 WIB

Raih Oscar Produser Green Book Sebut Bak Mimpi Jadi Nyata

Selain film terbaik Green Book juga mendapat Oscar untuk dua kategori lain.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Peter Farrelly (tengah) memegang Oscar bersama kru dan pemain film Green Book, Senin (25/2), di Dolby Theatre Los Angeles.
Foto: AP
Peter Farrelly (tengah) memegang Oscar bersama kru dan pemain film Green Book, Senin (25/2), di Dolby Theatre Los Angeles.

REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Sudah menjadi tradisi bahwa ajang penghargaan Academy Awards 2019 berakhir dengan pengumuman kategori film terbaik. Gelar tahunan paling bergengsi itu kini dianugerahkan kepada film drama komedi Green Book arahan sutradara Peter Farrelly.

Sutradara, produser, dan para pemeran film segera naik ke panggung Dolby Theatre di Los Angeles, Kalifornia, AS, untuk menerima penghargaan. Produser Jim Burke menyebut piala tersebut sebagai mimpi yang jadi nyata.

"Sebuah kehormatan besar. Kami membuat film ini dengan cinta, kami membuatnya dengan kelembutan, dan kami membuatnya dengan penghormatan. Semuanya sempurna berkat penyutradaraan dari Peter Farrelly," ungkap Burke.

Tahun ini, ada delapan film yang masuk dalam nominasi film terbaik. Green Book berhasil mengungguli A Star Is Born, Roma, BlacKkKlansman, The Favourite, Black Panther, Bohemian Rhapsody, dan Vice.

Sebelum pengumuman pemenang kategori itu, Green Book sudah memenangkan dua kategori lain. Film mendapat piala Oscar untuk kategori aktor pendukung terbaik (Mahershala Ali) serta skenario asli terbaik (Nick Vallelonga, Brian Hayes Currie, dan Peter Farrelly).

Produser Charles B Wessler menambahkan bahwa penghargaan turut didedikasikan untuk mendiang aktris Carrie Fisher. Sementara, sutradara Peter Farrelly mengatakan bahwa itu semua berkat pemeran Viggo Mortensen, Mahershala Ali, dan Linda Cardellini.

Dalam film, Mortensen berperan sebagai Tony Lip, pria keturunan Italia-Amerika. Dia bekerja sebagai supir sekaligus pengawal Don Shirley (Mahershala Ali), pianis jenius keturunan Afrika-Amerika. Latar cerita mereka berlangsung pada 1960-an.

Pada masa itu, diskriminasi terhadap etnis tertentu masih sangat kuat. Tony Lip berupaya melindungi Shirley selama menggelar tur musik di wilayah selatan Amerika. Mereka mengandalkan green book, buku panduan perjalanan untuk etnis Afrika-Amerika.

"(Film) ini tentang saling mencintai satu sama lain, terlepas dari segala perbedaan kita. Tentang menemukan siapa diri kita, manusia yang sama," ujar Farrelly, dikutip dari laman E! Online, Senin (25/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement