Senin 25 Feb 2019 11:10 WIB

Kemudahan Hidup Buat Generasi Muda Rentan Hipertensi

Naik lift bukan tangga, pesan makanan lewat aplikasi, membuat anak muda kurang gerak.

Rep: Santi Sopia/ Red: Indira Rezkisari
Tekanan darah tinggi
Foto: Antara
Tekanan darah tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hipertensi alias tekanan darah tinggi selama ini boleh dibilang lebih identik dengan usia tua. Namun saat ini terjadi pergeseran ditandai dengan prevalensi yang meningkat untuk usia milenial.

Menurut data Riskesdas 2018, sebanyak 34,1 persen masyarakat usia 18 tahun ke atas terkena hipertensi. Angka ini mengalami pengingkatan sebesar 7,6 persen dibanding hasil 2023 yaitu 26,5 persen. Tekanan darah di atas normal ini diartikan yaitu 140/90 ke atas.

Baca Juga

Spesialis jantung, dr Paskariatne Probo Dewi Yamin, SpJP dari InaSH, mengatakan secara umum tidak ada bedanya hipertensi yang menyerang usia lanjut maupun kaum milenial yang didefinisikan sebagai usia 18 hingga 35 tahun. Yang paling banyak dijumpai adalah hipertensi kategori primer, sekitar 90-95 persen.

"Jadi ini yang kita bilang transisi bahwa hipertensi itu tidak hanya usia 40 tahun ke atas misalnya, angka usia muda juga naik tajam," ujar dr. Paska di Jakarta.

Faktor risikonya sama saja, misalnya terkait gaya hidup. Prevalensi perokok usia 10-18 tahun juga meningkat, kamudian proporsi aktivitas fisik yang rendah, serta konsumsi minuman alkohol.

Dengan kemudahan yang semakin dirasakan milenial, seperti memesan makanan melalui aplikasi, memilih lift daripada tangga, jarang olahraga, menurutnya, juga menjadi faktor risiko tinggi. Selain itu pola makan tidak sehat dan manajemen atau kelola stres yang buruk. Disarankan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari.

Hipertensi memang tidak dikaitkan dengan gejala khusus karena umumnya asimptomatik. Seringkali usia muda juga baru terdiagnosis hipertensi setelah tidak sengaja melakukan medical check up.

Dokter Paska menambahkan milenial juga tidak perlu khawatir, karena dokter dan tenaga kesehatan lainnya tidak serta-merta akan menyarankan obat-obatan jika memang hipertensinya tergolong ringan. Tentunya akan dilihat terlebih dulu kondisinya sekitar satu sampai tiga bulan. Sebaliknya, jika hipertensi sudah masuk kategori sekunder tentunya dokter segera melakukan pengobatan.

"Pesannya, paradigmanya jangan tunggu sakit karena hipertensi ini tidak ada gejalanya. Tapi rutinkan periksa minimal setahun dua kali, dan cegah dengan gaya hidup," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement